Kini, dengan ditambah dua bocah itu, total anak asuh yang mendiami rumah Rama berjumlah enam orang.
Dua anak laki-laki berusia 12 tahun dan sisanya anak perempuan berusia 7 sampai 8 tahun.
Semakin banyak anak yang diasuh Rama, semakin banyak pula orang yang bersimpati padanya.
Aneka bantuan seperti bahan makanan pokok, pakaian, kebutuhan sekolah, bahkan uang tunai kerap diberikan tetangga Rama untuk kebutuhan anak asuhnya itu.
Baca Juga: Resep Gorengan: Yuk, Buat Martabak Tahu Ekonomis, Bisa Menjadi Teman Makanmu Bersama Nasi
Tentu saja, dengan senang hati Rama menerimanya dan anak asuhnya pun tak kalah gembira menerima hadiah tersebut.
Malam itu, anak laki-laki penghuni baru yang bernama Aryo tak bisa tidur karena suara gaduh di arah dapur.
Kamar Aryo yang memang bersebelahan dengan dapur, tentu tidak bisa berpura-pura tidak mendengar.
Suara rintihan dan guyuran air yang tak henti-hentinya berhenti, mengambil atensinya, dan membuatnya memberanikan diri mengintip dari pintu kamarnya.
Baca Juga: Si Cantik dan Berlesung dari Palembang, Mari Membuat Resep Jajanan Tradisional Kue Lumpang
Dilihatnya dengan saksama, siapa pemilik suara yang memilukan itu. Dia adalah Oja, teman laki-laki sekamarnya yang memang belum kembali sejak sore.
Masih sabar dengan pengintaiannya, tak lama kemudian, bapak mereka semua, Rama, keluar dari arah dapur. Wajah Rama menunjukkan ekspresi yang tidak pernah Aryo lihat selama ini.
Tak berselang lama, Oja juga keluar dari dapur dengan kaki yang terseok-seok.
Tidak ada suara tangisan, tidak ada suara rintihan seperti beberapa saat lalu, tetapi luka lebam di sudut bibir serta tulang keringnya yang terlihat membiru membuat Aryo berasumsi ada yang tidak beres dengan temannya ini.