Cerpen Inspiratif: Ketulusan Memaafkan dan Ketenangan Nabi Muhammad SAW Menjadi Kisah Menyentuh Bagi Banyu

Photo Author
- Minggu, 24 September 2023 | 14:45 WIB
Ketulusan memaafkan dan ketenangan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan dalam cerpen dengan sudut pandang tokoh bernama Banyu. (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Magda Ehlers)
Ketulusan memaafkan dan ketenangan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan dalam cerpen dengan sudut pandang tokoh bernama Banyu. (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Magda Ehlers)
GENMUSLIM.id- Cerpen inspiratif kali ini bercerita tentang ketulusan memaafkan dan ketenangan Nabi Muhammad SAW yang diceritakan melalui sudut pandang tokoh bernama Banyu.

Kisah Nabi Muhammad SAW membuat Banyu sang tokoh cerpen menyadari arti penting dari sebuah ketulusan dan kemurahan hati Nabi Muhammad SAW.

Banyu tokoh cerpen ini yang sering mengalami kejadian tidak mengenakan dalam hidupnya, seketika tersadarkan oleh salah satu kisah Nabi Muhammad SAW yang menginspirasi.

Bagaimana kisah Banyu dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW serta ketulusan beliau dalam memaafkan? Baca dan simak kisahnya di bawah ini.

Cerpen Inspiratif: Ketulusan Memaafkan dan Ketenangan Nabi Muhammad SAW Menjadi Kisah Menyentuh Bagi Banyu

Baca Juga: Cerpen Inspiratif Islami: Kegiatan di Sekolah Ditto Saat Memperingati Maulid Nabi Muhammad

Aku menatap buku-bukuku yang lagi berantakan dan berserakan di kamarku. Aku hanya bisa menghela napas pelan, ini lagi-lagi terjadi.

Namaku Banyu, aku sudah bisa menduga siapa yang melakukan semua ini padaku. Mengacak-acak kamarku dan semua barang-barangku. Ini ulah kakak-kakak tiriku, Bang Dio dan Bang Akbar.

Mereka memang tidak pernah menyukaiku dan selalu menganggap aku adalah perenggut kebahagiaan mereka. Aku dan abang-abangku satu ayah, tetapi beda Ibu.

Ibu Bang Dio dan Bang Akbar meninggal saat usia mereka masih balita. Hingga akhirnya ayah dan ibuku bertemu lalu lahirlah aku.

Sejak aku kecil sampai sekarang abang-abangku itu tak pernah menyukaiku.

Mereka selalu menganggapku penghancur kebahagiaan mereka, mereka selalu marah saat Ayah memberi penghargaan atau sekadar ucapan selamat ketika aku mendapat nilai bagus.

Jujur aku tidak pernah sedikitpun berpikir untuk merenggut kebahagiaan abang-abangku. Aku juga merasa Ayah dan Ibu selalu memberikan perhatian sama dan berusaha menyayangi anak-anaknya dengan baik.

Tidak ada perbedaan di antara kami, bagi Ayah dan Ibu baik aku maupun abang-abangku tetap anak mereka.

Baca Juga: Cerpen Inspiratif: Pertanyaan Fathia Pada Umi Tentang Makna dan Pengertian Maulid Nabi Muhammad SAW

Entah mungkin Bang Dio dan Bang Akbar masih belum bisa menerima aku terutama Ibu dalam kehidupan mereka.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Dwi Nur Ratnaningsih

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X