Mama dan Papa yang mendengarkan perdebatan kedua anaknya hanya bisa tertawa kecil dan melanjutkan aktivitas.
Sampai pada akhirnya Nino memilih mengalah untuk membiarkan Kak Riri memandikan burung tersebut.
Saat kembali ke depan, betapa terkejutnya kak Riri melihat kandang telah kosong.
Baca Juga: Pak Hadi Kebakaran! Cerpen Kehidupan: Bensinku Sayang, Bensinku Malang, Api Tak Hilang
Nino pun sama terkejutnya, meskipun setengah lagi ia takut dimarah kak Riri, sebab terakhir yang melihat burung itu di kandang adalah Nino sendiri.
"Viuuuu hilang, huwaaaa...." jerit kak Riri dan dilanjutkan menangis.
"Nino! Kamu kan tadi terakhir liat Viu!" Dilanjutkan tuduhan kak Riri.
Nino hanya dapat diam sembari menangkupkan tangan di depan wajah sebagai isyarat memohon maaf.
Melihat hal tersebut, bukan malah kak Riri memaafkan malah justru semakin marah atas keteledoran itu.
Papa yang sedari tadi hanya duduk bersama Mama pun mengambil alih menengahi keduanya sebelum terjadi perang yang sebenarnya.
Belum sempat papa menengahi, kak Riri sudah masuk ke dalam merajuk dan masuk kamar.
Nino tertunduk lesu dan menghampiri papa yang ia tahu sebenarnya mau menjadi penengah.
Baca Juga: Netizen Berkumpul! Cerpen Kehidupan: Kabut Asap Buat Ribut, Kebakaran Butuh Keviralan
Hampir menangis, Nino tidak pernah melihat kak Riri sebegitu sayang terhadap Viu dan memarahinya.
"Kak Riri itu keselnya sama teledor Nino, bukan karena lebih sayang burung dibanding Nino"