“Ibu tenang saja, Rinjani tidak akan membiarkan ayah mengambil Ratih. Jika Ratih ingin berkuliah, insyaallah Rinjani ada dana,” kata Rinjani dengan senyum tulusnya.
Baca Juga: Ada 7 Perkara yang Menemani Seorang Muslim Di Alam Kubur, Dari Mulai Ilmu Sampai Anak Saleh
Ibu tercekat, “Uang apa, Mbak? Kalau itu uang tabungan untuk kuliahmu, lebih baik jangan dipakai. Biar ibu yang mencari pekerjaan tambahan,” balas ibu dengan yakin.
Rinjani tersenyum, “Tidak apa-apa, ibu. Toh, Rinjani sudah lama tidak sekolah juga. Sudah empat tahun. Pasti banyak materi yang Rinjani lupa. Belum tentu juga Rinjani lolos. Kalau Ratih, Rinjani yakin dia pasti bisa. Ratih juara kelas loh, Bu,” jawab Rinjani menenangkan ibunya.
Sang Ibu kemudian memeluknya. “Maaf ya, Mbak. Maaf ibu tidak bisa mencukupi kalian berdua,” kata ibunya.
“Tidak apa-apa, Bu. Kehadiran ibu sudah lebih dari cukup,” jawab Rinjani ikut menangis.
Menangis karena ikut merasakan kesedihan ibu dan menangis saat melihat buku-buku pelajaran yang setiap hari dibukanya untuk persiapan tes masuk kuliah.
Pagi harinya di meja makan, Ratih tiba-tiba membuat pengumuman yang membuat Rinjani dan ibu tersenyum lebar.
Ratih berkata, “Karena hari ini usia Ratih sudah 17 tahun, Ratih memutuskan untuk memakai jilbab seperti Mbak dan ibu.”
“Alhamdulillah!” sorak Rinjani dan ibu bersamaan.
“Akhirnya aku bakal berhenti lihat rambut emasmu ya, Dek. Huh! Rambut pirangmu itu bikin silau tahu,” kata Rinjani meledek rambut pirang Ratih.
“Ih, Mbak. Nanti kalau di dalam rumah, aku bakal lepas jilbab dong. Jadi, rambutku bakal tetap menerangi rumah ini,” balas Ratih jumawa.
Ibu hanya bisa tersenyum melihat kedua anaknya.