Baca Juga: Nabi Muhammad SAW Menyendiri di Gua Hira, Simak Kisahnya dengan Belajar Sirah Peringati Maulid
Setelah memastikan adiknya tertidur, Rinjani pun beranjak ke kamarnya. Diliriknya celengan yang selama ini ia isi tanpa sempat menimangnya.
Uang itu akan Rinjani gunakan untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Rencananya begitu.
“Mbak, sudah tidur?” suara ibunya terdengar. Rinjani yang masih terjaga menoleh ke arah sang ibu.
“Belum, Bu. Kok ibu belum tidur juga?” tanya Rinjani.
Baca Juga: Puisi Karya WS Rendra berjudul: Puisi Doa Di Jakarta
Sang ibu kemudian duduk di pinggiran kasur. Wajahnya tampak lelah, mungkin karena seharian bekerja di pabrik sepatu.
“Mbak, ibu mau ngomong. Adakah Ratih bilang ingin kuliah atau bekerja setelah lulus SMA nanti?” tanya ibunya.
Rinjani menggeleng, “Ratih tidak pernah cerita, Bu.”
“Ternyata dia juga tidak terbuka denganmu,” kata ibunya.
“Tadi ayahmu menelpon, ia akan mengambil Ratih jika Ratih tak kuliah. Kamu tahu sendiri, ayahmu masih gencar berusaha mengambil hak asuh kalian dari ibu,” lanjut ibunya.
Baca Juga: Pemahaman Seorang Muslim Terhadap Rukun Iman, Ini Dia Penjelasan Dari Rukun Iman dan Islam
Ayah dan ibu memang memutuskan bercerai tiga tahun lalu. Ayah berselingkuh dengan anak bosnya dan berakhir mendapatkan jabatan tinggi di perusahaan karena menyenangkan anak semata wayang bos.
Bahkan, ayah tak ragu saat anak bosnya meminta untuk menikahinya dan menceraikan serta meninggalkan keluarganya.
Jika mengingat kejadian itu, Rinjani masih sangat kesal. Ia ingat betul bagaimana percekcokan ayah ibunya setiap hari hingga tangisan pilu sang ibu saat mereka resmi bercerai.