GENMUSLIM.id- Di kala semua orang menatap bahagia karena hujan akhirnya turun, Buyung berteriak kencang dari rumahnya. Laki-laki yang rambutnya mulai ditumbuhi uban itu berteriak di tengah-tengah hujan.
“Inilah kuasaku!” teriak Buyung.
Hujan yang turun setelah lima bulan lamanya itu dipamerkan Buyung sebagai kuasanya. Dirinya mengaku sebagai Dewa Kehidupan yang berhak untuk disembah.
Buyung menari-nari di tengah hujan. Ibunya berusaha menariknya, tetapi Buyung justru mendorongnya.
Baca Juga: Mengenal Tokoh Muslim Inspiratif, Mihnah dan Kehidupan Politik Imam Besar Ahmad bin Hanbal
“Berani sekali kau menyentuh Dewa Kehidupan yang suci ini!” teriaknya marah.
Menyerah! Akhirnya sang ibu hanya bisa menatap anak sulungnya dari teras rumah. Tetangga-tetangganya pun hanya memaklumi dan tidak berniat ikut campur.
Buyung adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Sejak kecil ia sudah menjalankan tugasnya sebagai si sulung yang menjaga adiknya dengan baik.
Beranjak dewasa, Buyung mengalami kondisi yang disebut generasi sandwich. Ia bekerja untuk dirinya, orang tua, dan membiayai adiknya sekaligus.
Awalnya, Buyung tak masalah jika harus menyisihkan gajinya untuk keperluan keluarga. Toh, ia juga merasa bahwa memiliki kewajiban itu.
Namun, semuanya berubah saat Buyung tertarik pada seorang perempuan. Sebut saja namanya Dahlia. Bersama Dahlia, Buyung merasakan bahagia dan berniat mempersuntingnya.
Rencana untuk menikahi Dahlia direalisasikan dengan baik. Awal pernikahan yang berjalan normal.
Namun, saat itu Buyung baru menyadari bahwa pengeluarannya akan lebih membengkak daripada sebelumnya.