Begitu juga dengan cinta, kadang perasaan itu juga menimbulkan luka. Saat harapan terlalu tinggi dan ternyata tidak sesuai realita.
Melepaskan orang yang kita cinta untuk kebaikan apakah semudah mengatakan?
Melakukan pengorbanan dan berbagai perjuangan untuk orang yang kita cinta apakah sebuah kesalahan?
Seperti yang tergambar dalam puisi berjudul Elegi Setangkai Mawar di bawah ini
Elegi Setangkai Mawar
Aku menatapmu dengan perasaan lega
Meskipun aku terluka
Namun, bukankah ini lebih baik daripada harus terus menderita?
Aku layaknya setangkai mawar yang terus kamu genggam
Tak peduli dengan duri yang kupunya
Kamu tetap saja menggenggam erat diriku
Katamu ini cinta
Namun, aku justru terluka
Bagaimana ini bisa disebut cinta sedangkan aku justru terluka
Melihat darah yang mengucur dari tanganmu
Akibat duri yang kupunya
Kamu lebih terluka saat bersama dan menggengamku
Bagaimana ini bisa disebut cinta?
Aku justru memberimu luka
Kisah kita hanyalah elegi yang tak henti memberi duka juga luka
Makin kita bersama luka itu justru makin besar
Artikel Selanjutnya
Puisi Ucap Selamat Tinggal Pada Luka: Berisi Tentang Sebuah Usaha Menyembuhkan dan Menerima Luka
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Istimewa
Tags
Artikel Terkait
-
Puisi Ucap Selamat Tinggal Pada Luka: Berisi Tentang Sebuah Usaha Menyembuhkan dan Menerima Luka
-
Puisi Cinta yang Tak Fana: Berisi Tentang Kesadaran Seseorang Bahwa Ada Cinta yang Nyata dan Tak Sementara
-
Puisi Terima Kasih Untukmu: Sebuah Ungkapan Dari Hati Pada Diri Sendiri dan Segala Usaha Untuk Bertahan
-
Puisi Ada Luka di Punggung Bapak: Berisi Tentang Perjuangan dan Pengorbanan Seorang Bapak untuk Anaknya
-
Puisi Kau Peluk Luka Punyaku: Tentang Seseorang yang Menemukan Cara dan Tempat Terbaik untuk Sembuh dari Luka