Berusaha menyembuhkan dan menerima luka dengan segala peristiwa yang membuat hati tersiksa karenanya.
Bagaimana bisa menyembuhkan dan menerima luka itu begitu saja?
Sedangkan hati dan tubuh ikut merasakan sakitnya. Bukan untuk waktu yang sebentar, tetapi begitu lama dan belum tahu kapan usai.
Orang bilang waktu akan menyembuhkan luka, apakah benar begitu adanya?
Baca Juga: Puisi Melepas Senja: Cara Seseorang Memaknai Pertemuan dan Perpisahan yang Terjadi dalam Hidupnya
Puisi berjudul Ucap Selamat Tinggal Pada Luka berikut ini menggambarkan bagaimana seseorang berusaha menyembuhkan dan menerima luka.
Ucap Selamat Tinggal Pada Luka
Pikiranku memutar sebuah adegan dulu
Di mana aku begitu tersiksa
Tertikam luka dari sudut kanan
Dihantam di sudut kiri
Ditusuk dari belakang
Didorong dari depan
Tak henti-hentinya aku jatuh berulangkali
Merangkak dalam penderitaan yang tak bertepi
Mengungkungku dalam penjara ketakutan
Yang begitu sunyi dan menyesakkan
Aku hanya bisa terisak
Bertingkah gila sendirian
Berteriak tanpa ada yang mendengar
Mencaci keadaan yang tak pernah mau damai
Berakhir meringkuk di sudut yang gelap
Tanpa penerangan
Atau uluran tangan
Mati-matian memaki diri
Menghakimi dan memaksanya untuk terus berlari
Mengejar sesuatu yang tak pasti
Artikel Selanjutnya
Puisi Tetang, Cinta yang Tak Pasti, Kehilangan Demi Kehilangan, Kegelisahan Akan Laut yang Dirampas Korporasi
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Sumber: Istimewa
Tags
Artikel Terkait
-
Puisi Tetang, Cinta yang Tak Pasti, Kehilangan Demi Kehilangan, Kegelisahan Akan Laut yang Dirampas Korporasi
-
Puisi Remaja: Kembali, Kisah Cinta Monyet yang Paling Monyet
-
Puisi Di Gerbong Kereta Itu: Berisi Tentang Seseorang yang Berusaha Mencintai Jalan Hidupnya
-
Puisi Cerita Lama di Buku Tua: Berisi Tentang Rindu Seseorang Pada Sosok yang Tak Pernah Merindukannya
-
Puisi Pulang Ke Rumah: Berisi Tentang Perjalanan Seseorang Menemukan Rumah yang Tepat Sebagai Tujuan