Masa kesendirian Aini, Titik Balik Menemukan Cinta yang Sebenarnya! Series Aini: Tetangga di Surga

Photo Author
- Senin, 28 Agustus 2023 | 14:50 WIB
Kesendirian menghantarkan kedekatan kepadaNya, meskipun Aini belum berhasil seutuhnya mencintai kehilangan yang ada ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Canva/Siti Maisyah))
Kesendirian menghantarkan kedekatan kepadaNya, meskipun Aini belum berhasil seutuhnya mencintai kehilangan yang ada ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Canva/Siti Maisyah))

“Di situ. Kalau kita ngerasa sedih, Allah tu gak kasih tanpa tujuan. Tujuannya juga bukan buat dunia, melainkan gimana ceritanya yang punya kesedihan bisa mendekat sama Allah”

Aini memandang mata Sanisan, tahu betul temannya aini meskipun cerewet dan sering bercanda, tetapi hal yang tidak pernah hilang hingga saat ini dia kenal sejak masuk kerja adalah tentang ketegasannya terhadap hal-hal yang melanggar aturanNya.

“Kehilangan itu indah, kalau pada akhirnya mendekatkan kita kepada Allah” mata Sanisan menatap tulus Aini yang sudah siap meluncur bulir dari kelopaknya.

Baca Juga: Puisi Cerita Lama di Buku Tua: Berisi Tentang Rindu Seseorang Pada Sosok yang Tak Pernah Merindukannya

“Tapi jangan mikir bunuh diri ya kamu Ai” Sanisan seketika tertawa mendengar ucapannya sendiri yang berhasil membuat Aini menghadiahkan pukulan pelan di kepalanya. Tentunya air mata yang akan menetes itu hilang entah kemana. Saat itu benar-benar ia syukuri memiliki teman dengan cita-cita bertetangga di surga ini.

“Jazakillah khoiron ukhti”

“Waiyyaki tetangga” Sanisan berlari menuju kasir, membayar dan meninggalkan Aini dengan senyum jahatnya. Aini menyusul temannya itu menuju kantor, meski tahu 1 jam lagi rapat lanjutan projek dan ia belum memiliki bahan, tetapi Aini lebih bersemangat menjalani hidup kembali

“Kayaknya terlalu remeh semuanya kalau berhenti karena ini. Nikmatin Ai, karena kebaikan pasti lagi nunggu di depan. Yakin sama rencana Allah” ujarnya dalam hati.

Seperti dugaannya, Mas Hardi, pemimpin projek menasihatinya dari selesai rapat hingga hampir magrib. Hanya maaf yang dapat dihaturkan Aini dan janji akan menyelesaikan serta menyerahkan di esok hari sebelum jam pulang.

Benar jadi Roro Jonggrang untuk mas Hardi saat itu, tetapi apabila tidak bisa ia selesaikan, karir menulis Aini dipertaruhkan. Ia selalu berpikir bahwa ia bukanlah anak rajin yang akan bisa konsisten menulis apabila menjadi penulis lepas.

Mungkin ia akan menulis sebulan sekali dengan kualitas tulisan sesuka hatinya. Selalu ingat perkataan dosennya kala kuliah dulu bahwa karya sastra itu yang selesai, apabila tidak selesai meski bagus idenya, maka itu bukan karya sastra.

Ucapan itu selalu dipegang oleh Aini dalam tiap karyanya, jadilah ia begadang malam itu menulis naskah untuk proyek film pendek baru timnya yang tempo hari dirapatkan dari ide ucapannya sendiri.

Baca Juga: Cerpen Kehidupan: Merantau Menemukan Pengganti, Sesuai Semua Meninggalkan Tak Sesedih Itu

Naskah selesai dengan revisi dan tipus, meskipun Sanisan menebak bukan sebab begadang naskah, tetapi karena galaunya dalam kesendirian dan berproses mencintai kehilangan.

“punya tetangga kurang pinter, bukannya belajar mencintai kehilangan malah dia main dokter-dokter-an, malah jadi pasien pula” Aini tertawa mendengar ucapan sahabatnya tersebut dan cukup tiga hari, ia diperbolehkan pulang.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X