Masa kesendirian Aini, Titik Balik Menemukan Cinta yang Sebenarnya! Series Aini: Tetangga di Surga

Photo Author
- Senin, 28 Agustus 2023 | 14:50 WIB
Kesendirian menghantarkan kedekatan kepadaNya, meskipun Aini belum berhasil seutuhnya mencintai kehilangan yang ada ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Canva/Siti Maisyah))
Kesendirian menghantarkan kedekatan kepadaNya, meskipun Aini belum berhasil seutuhnya mencintai kehilangan yang ada ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Canva/Siti Maisyah))

Benar tidak lebih parah, tetapi mencintai kehilangan rasanya akan tetap sama berat serta sulit dijalani, dalam kesendirian Aini selalu saja tangisnya bersembunyi dalam tawa cerianya.

Bukan tak ingin atau malu dengan tangis itu, hanya saja tidak mau ada iba yang ia terima. Kesedihan karena cinta yang dibuatnya adalah kesalahannya sendiri yang telah mencintai seseorang dengan harapan. Mencintai di luar aturan pemilik hati.

Padahal harapan yang pantas disematkan bahkan cinta yang patut berada dalam ujung hati adalah harapan serta cinta hanya kepada pemilik diri, membolak-balik hati, Allah subhanahuata’allah. Supaya tidak ada kecewa yang bersarang di dalamnya.

Aini masih dalam kesendirian pun sama saat dirinya berada di kantor, merenung dan melamun seolah adalah kebiasaan baru ketika ia bingung menulis naskah. Bukan sebab habis ide, lebih dari itu ia rasanya tidak sanggup menulis ide cerita dari kisah nyatanya sendiri.

“Ai ada kesulitan? Kata Mas Hardi kamu nunggak naskah udah berapa hari ini ya? Padahal idenya kan dari kamu, bisa-bisanya belum punya kerangka”

Aini hanya memandang temannya, Santia Sandra atau biasa dipanggil Sanisan. Kadang ia bingung dari mana singkatan nama panggilan itu didapatnya, apa anak-anak tim yang terlalu kreatif atau memang Sani yang membuatnya sendiri.

Bola mata Aini kini berputar jengah, melihatnya Sanisan seakan ingin melahap temannya itu.

Baca Juga: Balas Dendam Bukan Solusi! Cerpen Cita Nino: Dendamku Dibalas Orang Gila, Kamu Mau jadi orang Gilanya?

“Kamu galau ya, Ai? Cinta gak tepuk tangan ya, ngaku gak!”

Sanisan seperti cenayang dan lagi-lagi Aini menatapnya jengah berharap temannya itu pergi segera dari mejanya, tetapi itu hanya harapan semata. Sekarang Aini di sini, cafe depan kantor, memesan red velvet kesukaannya dan penikmat kopi untuk begadang. Siapa lagi kalo bukan Sanisan ingin interogasi.

“Aku tela sadar kalo aku jatuh cinta. Itu doang”

“And then?”

“Cuma perasaan yang salah doang”

“Gak ada rasa yang salah! Tindakan dan responsnya yang salah. Kamu bilang kalian tuh deket ya. Emang interaksi gitu boleh?”

Aini menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan Sanisan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X