Setelah sampai di rumah dugaan Rinda memang benar. Ibu mereka sudah menunggu di depan pintu dengan wajah cemas menanti kedatangan anak-anaknya.
Melihat saudara kembar itu basah kuyup dan menggigil kedinginan, sang ibu segera menghampiri mereka dan membawa mereka masuk ke dalam rumah.
Ibu Rinda dan Rindu tidak henti-hentinya mengomeli mereka karena masih nekat bermain hujan. Setelah mereka berganti pakaian ibu saudara kembar itu membuatkan teh hangat untuk mereka berdua.
"Kalian ini, ya, kebiasaan. Nanti kalau sakit gimana? Ibu juga yang khawatir. Udah berapa kali ibu bilang, jangan main hujan, ibu enggak suka! Kalian kenapa enggak ngerti juga?" ucap ibu mereka dengan nada yang begitu dingin.
Rinda menatap wajah ibunya yang murung. Dia tahu penyebab ibunya begitu marah, gadis itu menyesal sudah membuat ibunya khawatir.
Ini terjadi bukan tanpa alasan. Hujan memang seperti luka yang selalu menyayat hati ibunya. Segala hal tentang hujan adalah kesedihan bagi ibunya.
Namun, Rinda dan Rindu tidak bisa membenci hujan seperti ibunya yang begitu mencaci dan tidak suka hujan.
"Rinda dan Rindu minta maaf, Bu. Tapi mau sampai kapan Ibu menyalahkan hujan yang enggak bersalah atas kematian, Ayah? Hujan mungkin mengingatkan Ibu gimana Ayah meninggal karena kecelakaan saat hujan turun, tapi bukankah enggak adil untuk hujan juga Ibu yang harus menyimpan benci dan buat Ibu terluka sendirian."
Perempuan paruh baya itu terdiam mendengar ucapan anaknya. Hatinya mendadak sesak.
Baca Juga: Cerpen Kehidupan: Merantau Menemukan Pengganti, Sesuai Semua Meninggalkan Tak Sesedih Itu
"Kak Rinda benar, Bu. Hujan itu anugerah dari Allah, ada banyak kehidupan yang tumbuh karena adanya hujan. Enggak selamanya hujan itu menyakitkan, kadang rintiknya memang buat kita mengigil kedinginan tapi di balik semua itu hujan mengajarkan kita arti kehangatan, kan, Bu?"
Saudara kembar itu memeluk ibu mereka yang mulai menangis tersedu-sedu. Perkataan mereka membuat sang ibu tersadar dan merasa selama ini dia terlalu pengecut.
Membenci hujan atas apa yang sama sekali tidak pernah dilakukan oleh hujan. Kehilangan yang menimpa mereka bukan kesalahan hujan.
"Makasih Rinda dan Rindu. Maafkan ibu yang sudah bersikap enggak seharusnya, ibu sayang kalian."
Hujan hari itu benar-benar tidak lagi memberikan luka dan rasa dingin yang menyiksa, tetapi membuat kehangatan muncul di sela-sela kesedihan mereka.***