Aku makin merasa sesak, napasku tercekat menahan tangisan yang ingin jatuh karena luka yang terlalu dalam.
Aku menatap Hara dengan memaksakan seulas senyuman meskipun aku benar-benar terluka dan sama sakitnya dengan Hara.
Hujan jatuh makin deras disertai angin yang berembus begitu kencang.
"Aku enggak bisa, Hara. Meskipun aku ingin, tetapi itu tidak mungkin. Orangtua kamu sudah memilih pasangan hidup yang baik untuk kamu dan itu bukan aku."
Kata-kata itu mungkin bukan hanya melukai perasaan Hara yang layaknya ditusuk pisau tajam tepat di ulu hatinya.
Namun, juga melukaiku yang ikut menderita.
"Aku tahu, aku dan kamu saling mencintai. Tapi pilihan orangtua kamu lebih baik daripada cinta kita, aku enggak mau kamu menyakiti hati orangtua kamu dengan memilih aku. Jadi, kita relakan dan kita lepaskan hubungan ini, ya."
Aku mengepal tanganku kuat-kuat, menahan diri untuk tidak menangis di depan Hara.
"Kenapa kita enggak berjuang, Guntur? Kenapa kamu egois? Kamu enggak memahami perasaan aku, bagaimana bisa aku menikah dengan orang yang enggak aku cintai. Cuma kamu yang aku cintai dan kita sudah berjanji akan bersama, tapi sekarang? Kamu mau kita sama-sama pergi?"
Hara lagi-lagi menangis di hadapanku. Membuat aku makin terluka dan merasa bersalah. Namun, aku tidak sedikitpun merubah keputusanku.
"Justru karena aku mencintai kamu, Hara. Kamu lebih pantas bersama lelaki pilihan orangtua kamu, dia lelaki yang baik dan aku tahu itu. Aku bukan enggak berjuang, tetapi aku hanya mengikhlaskan apa yang memang sedari awal enggak akan pernah bisa aku menangkan. Aku sudah berusaha, tapi waktu yang menunjukan. Orangtua kamu tetap memilih orang lain dan itu bukan aku."
Aku terdiam untuk beberapa saat. Mengapa pertemuan dan perpisahan aku dan Hara harus seperti ini?
"Sekarang kamu pulang, ya, hujan makin deras. Aku enggak mau kamu sakit." Akhirnya hanya itu yang aku katakan.
Hara hanya bergeming dan diam di tempatnya. Mungkin dia sudah lelah menangis. Semua kenangan termasuk cerita pertemuan dan perpisahan aku dan Hara harus terjadi dengan menyakitkan.