"Waalaikumsalam, Sera. Aku baik dan bahagia bersama istri dan anak-anakku." Aku berusaha tersenyum tipis padanya.
"Sukurlah aku senang mendengarnya. Aku ikut bahagia dan soal kejadian di masa lalu aku tidak berniat menyakiti kamu ...."
"Enggak papa, Ser. Aku sudah melupakannya dan sekarang pun aku sudah bahagia bersama Hening, jadi kamu enggak perlu khawatir. Oh, iya, Hening sudah menungguku aku tidak bisa berlama-lama. Kalau begitu aku permisi, Ser."
Aku berjalan untuk pergi menjauh darinya, tetapi sebelum itu terjadi Sera mengatakan sesuatu yang membuat langkahku terhenti sejenak.
"Aku enggak akan merusak kebahagiaan kamu, Suar. Karena aku tahu untuk sekarang itu enggak mungkin, kita sudah punya keluarga masing-masing dan kamu begitu mencintai istrimu. Tapi aku harap kamu memaafkan kesalahanku di masa lalu," ucap Sera yang membuatku kembali menoleh padanya.
"Aku sudah maafkan kamu, Ser," jawabku kemudian aku benar-benar berjalan menjauhinya. Kembali pada Hening yang sudah menungguku.
Aku tidak pernah mengharapkan pertemuan ini terjadi. Sera adalah masa laluku dan Hening adalah masa depanku.
Cinta dan bahagiaku hanya bersama Hening untuk selamanya.
Aku tidak pernah sedikit pun ingin mengingat kejadian di masa lalu, tetapi pertemuanku dengan Sera membuat kejadian itu terlintas begitu saja.
Sera yang meninggalkanku demi lelaki lain membuatku memang hancur saat itu.
Namun, Allah memang tahu yang terbaik untukku. Dia mendatangkan Hening sebagai pengobat luka sekaligus pendamping hidupku untuk selamanya.
Cinta dan kasih sayangku hanya untuk Hening dan anak-anakku. Tidak untuk yang lain.