Taman kompleks yang biasa jadi tempat main ketiga anak tersebut, terasa sangat sepi dan Nino sendirian saja.
Ia memainkan ayunan dan perosotan, sesekali duduk di atas jungkat-jungkit, seorang berteriak memanggilnya dan membuatnya menoleh dengan tatapan dingin sebab teriakannya terasa jahilnya.
“katanya udah besar, masih main jungkat-jungkit. Sendiri ni? Temen besarnya udah pada pulang atau gak mau maen sama yang udah besar?”
Kak Riri tertawa puas mengejek adiknya meskipun dari kejauhan, sesegera mungkin Nino pergi dari taman menuju rumah.
Kak Riri yang menggunakan sepeda mengikuti dari belakang, menanyakan apa yang terjadi padanya hingga tidak ada satu teman pun yang bersamanya di taman.
Takut adiknya dibully atau parahnya dikucilkan, Riri berhenti mengajaknya duduk dan beli es krim, usai beli es krim Riri dan Nino duduk kembali di taman mengobrol ringan perkara apa yang terjadi sebelumnya.
Nino menceritakan semua hal yang telah dilihatnya dan tentang kebingungan apa yang harus ia lakukan, terlebih temannya memintanya untuk memilih.
Ia ingin berteman dengan keduanya, tidak mau hanya memilih salah satu saja.
Baca Juga: Viral! Resep Salad Buah Ini Bisa Dijadikan Ide Jualan Loh! Baca Selengkapnya Di sini!
“Bagaimana kalau kita berbohong untuk menyatukan mereka?”
“Kak, bohng itu gak boleh!”
“Boleh. Papa bilang salah satunya mendamaikan antara dua manusia yang bertengkar. Riko sama Roni lagi bertengkar kan?” Nino mengangguk atas ucapan kakaknya.
“Ni, kakak ada coklat. Kamu kasih Roni dna bilang kalau itu dari Riko dan kasih Riko, bilang dari Roni. Setelah itu ajak ketemuan di taman” Kak Riri memberikan dua buah coklat ke tangan Nino.
