“Permisi pak. Maaf saya mengganggu.” Begitu kata pak Bima Sakti.
“Pak Matahari, bisakah kita berunding sebentar” Pak Bima Sakti melanjutkan kalimatnya.
“Baik pak. Mari di kita bicara luar. Anak-anak jangan rebut ya. Bapak mau bicara dengan Pak Kepala Sekolah sebentar. Silahkan dibaca-baca aja dulu bukunya” ujar Pak Matahari.
Beberapa menit berlalu untuk anak-anak.
Mereka masih menunggu sang guru sambil membaca-baca buku.
Tak lama kemudian, barulah Pak Matahari beserta Pak Bima Sakti masuk ke dalam kelas.
“Maaf anak-anak mengganggu waktu kalian. Bumi, bisa nggak kamu ikut Bapak sebentar. Ada seorang dokter yang ingin bertemu denganmu.” kata Pak Bima Sakti.
“Ada hubungannya dengan penyakit saya, Pak?” tanya Bumi.
Pak Bima Sakti hanya mengangguk pelan. Lalu merekapun menuju lorong sempit yang membawa mereka ke UKS.
Seseorang berwajah menyeramkan terlihat sedang menunggu di depan pintu UKS.
“Nah, Bumi, perkenalkan, ini Pak Manusia. Orang tuamu memintanya untuk mengobatimu. Entah akan berhasil atau tidak, tapi aku yakin beliau bisa melakukannya.” kata Pak Bima Sakti. Tapi nadanya seperti terdengar sangsi.
“Kamu yang bernama bumi? Pucat sekali. Aku akan berusaha untuk membuatmu kembali sehat seperti sediakala” sapa Pak Manusia dengan senyum datar.
(Setelah itu Pak Manusia membawanya ke rumah sakit untuk dirawat)