Kamu Memiliki Kemampuan Bilingual? Ternyata Begini Implikasi Bagi Pendidikan Menurut Peneliti Luar Negeri

Photo Author
- Rabu, 27 Maret 2024 | 13:50 WIB
Ilustrasi Anak yang Memiliki Kemampuan Bilingual ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Ajeng Puspitasari/Freepik) )
Ilustrasi Anak yang Memiliki Kemampuan Bilingual ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Ajeng Puspitasari/Freepik) )

GENMUSLIM.id - Bilingual adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan dua bahasa sekaligus ketika ia mendapatkan sebuah informasi.

Seorang anak yang memiliki kemampuan bilingual, biasanya ia akan lebih sering mengaktifkan dua bahasa di dalam otaknya.

Dalam dunia pendidikan, hal ini akan memiliki implikasi pengetahuan bahasa anak baik dari segi kondisi atau situasi apapun.

Dilansir dari Journal of Child Language oleh GENMUSLIM.id pada Rabu, 27 Maret 2024, penelitian Koutamanis mengatakan bahwa cara mengajar dan mendidik anak bilingual akan berdampak pada pengetahuan bahasa mereka.

Sebab ketika anak yang memiliki kemampuan bilingual menggunakan satu bahasa maka hal itu akan mempengaruhi pada pengetahuan bahasa lain mereka.  

Menurut Ahli Bahasa Elly Koutamanis, hal ini bukan berarti anak bilingual mengalami kemunduran bahasa atau pengurangan kata namun memang mereka mengaktifkan bahasa kedua mereka.

Baca Juga: Menelisik Datangnya Ramadhan dari Tahun ke Tahun, Benarkah Semakin Sepi yang Merayakannya?

Seperti misalnya ketika anak  Yunani-Belanda mendengar kata ‘apotheek’ dalam bahasa Belanda yang diartikan sebagai gudang padahal dalam bahasa Yunani kata yang diucapkan ‘apothiki’ memiliki makna ‘lumbung’.  

Maka contoh seperti ini, bukan berarti anak bilingual kekurangan penguasaan kosakata sehingga menjadi bingung justru malah mereka mampu mengukur dan menganalisis sebuah kata yang mereka dapat dengan akurat.

Pada anak-anak yang memiliki kemampuan bilingual terdapat informasi yang diaktifkan ketika mereka mulai berbicara dan mendengar sebuah kata.

Sehingga dalam proses tersebut, menurut Elly, bahasa anak bilingual bisa saja menjadi penghalang atau menjadi dampak positif bagi mereka.

Seperti misalnya ketika seorang anak Yunani-Belanda mengatakan kata ’xylophone’, mereka akan cenderung lebih kesulitan dalam mengenal dan memproduksi kata.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Ramadhan: Attar, Perjalanan Sang Sufi Penebar Minyak Wangi, Simak Kisah Selengkapnya di Sini

Beda halnya jika seorang anak Belanda monolingual yang kemudian berbicara, mereka akan cenderung tidak mengalami kesulitan karena mereka tidak mempunyai kemampuan bilingual.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Zaiyana Nur Ashfiya

Sumber: Journal of Child Language

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X