khazanah

Bukan Soal Dicap Pelit! Mindset Barang yang Dimiliki Ustadz Felix Siauw Dalam Mengatasi Godaan Materialisme

Sabtu, 18 Januari 2025 | 14:00 WIB
Apakah anda memiliki barang, atau dimiliki barang Berikut mindset barang Ustadz Felix di era modern ini (Foto: GENMUSLIM.id/dok: YouTube Aab Elkarimi)

Tidak hanya sepatu, Ustadz Felix juga menjelaskan bagaimana ia mengelola jumlah baju yang dimilikinya.

Hampir semua baju yang ia kenakan adalah hadiah atau perlengkapan kegiatan dakwah.

Meski begitu, ia tetap memastikan untuk tidak menumpuk pakaian berlebihan di rumah.

Baca Juga: Bolehkah Kita Mendesain dan Merancang Kematian Sendiri? Ini Penjelasan dari Ustadz Felix Siauw

Pendekatan ini relevan dengan fenomena "decluttering" atau membersihkan barang-barang yang tidak diperlukan di rumah, yang populer di banyak kalangan, termasuk masyarakat Jepang.

Filosofi ini menyatakan bahwa merapikan rumah berarti merapikan pikiran. Ketika kita menciptakan ruang di sekitar kita, sejatinya kita juga menciptakan ruang dalam pikiran untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting.

Namun, Ustadz Felix tidak mengadvokasi ekstremisme dalam minimalisme.

Baginya, memiliki barang secukupnya dan sesuai kebutuhan adalah cara yang bijak. Ia menyebut konsep “minimum effective dosage” atau dosis minimum efektif sebagai prinsip yang ia terapkan dalam kehidupan.

Dengan kata lain, manusia hanya perlu menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, tanpa berlebihan.

Dalam konteks kehidupan modern, mindset ini menjadi semakin penting. Era digital membuat kita terpapar pada iklan dan tren yang memaksa kita untuk terus membeli barang baru, meski sebenarnya tidak benar-benar kita butuhkan.

Baca Juga: Wah, Siswi SMA Anggap MBG Seperti Adegan Drama Korea, Harus Ada Tambahan Kerupuk dan Sambal

Fenomena ini menciptakan pola konsumsi yang tidak sehat, di mana barang-barang hanya menjadi simbol status sosial tanpa nilai fungsional.

Mindset barang yang diajarkan oleh Ustadz Felix Siauw mengingatkan kita bahwa kepemilikan barang harus dilihat dari sudut pandang tanggung jawab.

Barang bukan hanya sekadar benda mati, tetapi memiliki konsekuensi pada waktu, energi, dan pikiran kita.

Dengan menyederhanakan kebutuhan dan fokus pada nilai-nilai yang lebih tinggi, kita dapat menciptakan kehidupan yang lebih bermakna, bebas dari tekanan konsumerisme yang tidak perlu.***

Halaman:

Tags

Terkini