Meskipun demikian, Ustadz Muhajir juga menegaskan pentingnya memahami hadis ini dalam konteks keagungan dan kebesaran Allah yang tidak terikat oleh ruang seperti makhluk-Nya.
Lebih lanjut, Ustadz Muhajir mengkritik penggunaan dalil-dalil tertentu oleh kalangan Asy'ariyah yang menyatakan bahwa Allah tidak memiliki tempat.
Baca Juga: Lihat di Sini! Sinopsis dan Pemeran dari Sinetron Saleha Terbaru Yang Tayang Setiap Hari Di SCTV
Menurutnya, banyak dari dalil tersebut tidak memiliki sanad yang kuat dan valid.
Bahkan, ketika beberapa ulama Asy'ariyah menyatakan bahwa Allah ada tanpa tempat, Ustadz Muhajir menegaskan bahwa ini adalah pandangan yang perlu dipertanyakan secara ilmiah.
Ia mengingatkan bahwa keyakinan ini tidak bisa dipaksakan sebagai kebenaran mutlak tanpa bukti yang jelas dari Al-Qur'an dan hadis sahih.
Ustadz Muhajir juga menyinggung adanya sebagian ulama yang mendakwahkan ijma’ (kesepakatan) bahwa Allah tidak berada di tempat manapun, tetapi menurutnya klaim ijma’ ini lemah.
"Jika ada yang mengatakan bahwa sudah ada ijma’ tentang hal ini, maka perlu ditinjau kembali, karena klaim ijma’ tanpa dasar yang jelas adalah dusta," tegasnya.
Ustadz Muhajir mengingatkan bahwa tidak semua ulama sepakat tentang Allah tidak berada di atas Arsy, dan klaim-klaim seperti ini harus dibuktikan dengan sanad yang valid.
Lebih jauh, Ustadz Muhajir juga menjelaskan bahwa dalam memahami ayat-ayat dan hadis tentang Allah, perlu adanya kehati-hatian.
Banyak ulama sepakat bahwa makna lahir dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis tentang Allah harus diterima apa adanya tanpa takwil yang berlebihan.
"Jika kita memahami bahwa Allah beristiwa di atas Arsy sesuai dengan yang disampaikan dalam Al-Qur'an dan hadis, maka itu adalah aqidah yang harus kita pegang," tambahnya.
Dalam penutup bantahannya, Ustadz Muhajir mengingatkan agar umat Muslim lebih berhati-hati dalam menerima pendapat ulama terkait aqidah, terutama yang tidak memiliki dasar kuat dari Al-Qur'an dan hadis sahih.
Ia juga menekankan pentingnya kembali kepada pemahaman salaf, yaitu para sahabat Nabi shalallahu alaihi wa sallam dan ulama-ulama terdahulu yang memiliki sanad yang jelas dan shahih.
Meskipun terjadi perbedaan pandangan antara Buya Yahya dan Ustadz Muhajir Syarifudin dalam hal ini, perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah hal yang biasa dalam dunia Islam.