Sebagian ulama bahkan berpendapat bahwa meninggalkan shalat adalah bentuk kekafiran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya, maka ia telah kafir." (HR. Tirmidzi).
Baca Juga: Pahala Membaca Alquran di Hp: Apakah Sama dengan Membaca di Mushaf? Ustadz Abdul Somad Menjawab
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya shalat dalam kehidupan seorang muslim.
Para ulama juga menyebutkan bahwa seseorang yang meninggalkan shalat tidak layak dimakamkan di kuburan kaum muslimin dan tidak boleh dishalatkan kecuali oleh keluarganya saja.
Bahkan, jika seorang suami meninggalkan shalat secara sengaja dalam waktu yang lama, istrinya dianjurkan untuk meminta cerai.
Ulama menegaskan, siapa yang meninggalkan shalat berarti memutuskan urwatul wutsqo atau ikatan kuat dengan Allah. Tanpa shalat, seorang muslim kehilangan hubungan paling esensial dengan Rabb-nya.
Dan ternyata bukan hanya meninggalkan shalat yang berbahaya, tetapi juga melaksanakan shalat dengan malas-malasan. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surat An-Nisa ayat 142, yang artinya:
"Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas..." (QS. An-Nisa: 142)
Kemunafikan seseorang terlihat dari sikapnya dalam melaksanakan ibadah, terutama shalat.
Orang yang malas dalam shalatnya, tidak khusyu, atau tergesa-gesa, mengindikasikan adanya masalah dalam imannya.
Ustadz Hanan Attaki sering mengingatkan bahwa tanda-tanda kemunafikan ini bisa muncul dalam bentuk malas shalat atau menganggap enteng ibadah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Amal pertama yang akan dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, maka baik pula seluruh amalnya. Namun, jika shalatnya rusak, maka rusak pula seluruh amalnya." (HR. Thabrani).
