Beliau SAW., mendatangi Barirah dan menanyakan kepadanya apakah dia bersedia untuk kembali kepada Mughits yang tidak bisa melupakannya.
Setelah mendengar pertanyaan Rasulullah SAW dan mengetahui bahwa itu bukan perintah beliau, Barirah tetap enggan untuk kembali kepada Mughits.
Sikap Rasul tersebut merupakan bentuk kepedulian beliau terhadap orang yang sedang dihadapkan pada persoalan cinta.
Ustadz Hanan Attaki mengatakan, terdapat pelajaran dari kisah Mughits dan Barirah ini menurut beberapa ulama.
Pertama, hadis tersebut menunjukan empati Nabi SAW kepada orang yang sedang jatuh cinta. Tidak hanya berempati secara lisan saja, bahkan beliau membelanya dengan diri beliau sendiri.
Kedua, rasa cinta itu tidak dilarang. Berdasarkan kisah di atas, Nabi tidak melarang rasa cinta Mughits terhadap Barirah meski mereka sudah bercerai.
Mengenai rasa cinta itu sendiri, Ustadz Hanan Attaki mengatakan bahwa cinta merupakan rahasia Allah, tidak bisa dipaksa, dan diluar kendali kita.
Perasaan cinta merupakan hal yang manusiawi. Namun, yang perlu diingat adalah hendaknya rasa itu tidak menjerumuskan kita ke dalam kemaksiatan.
Ustadz Hanan Attaki menambahkan bahwa dari kisah Mughits dan Barirah, tampak bahwa Rasulullah SAW. merupakan sosok yang tidak abai terhadap persoalan cinta.***