Karena pertimbangan itu, Rasulullah SAW berkata kepada perempuan itu, “Engkau sangat baik kalau jodohmu dengan Bilal.”
“Bilal siapa?” tanya kakak perempuan Abdurrahman bin Auf.
“Bilal bin Rabah,” jawab Rasulullah SAW.
“Na’udzubillaah mindzaalik laahaula walaa quwwata illaa billaah maasyaa Allaah,” ucap perempuan itu.
“Bilal itu hamba sahaya dari Negeri Habasyah yang rambutnya mirip buah anggur,” tambahnya.
Menurutnya, ia bisa mendapatkan laki-laki lain selain Bilal; ia tidak menyukai sahabat nabi tersebut karena rupanya.
Maka esoknya, kakak perempuan Abdurrahman bin Auf mendatangi Nabi Muhammad lagi.
“Ya Rasulullah, siapa jodohku?” tanyanya dan berharap bukan Bilal.
“Bilal,” jawab Rasulullah SAW.
Perempuan itu terkejut; tidak percaya dengan ucapan Rasulullah. Ia mempertanyakan kenapa harus Bilal, orang hitam, orang Habasyah.
Akhirnya, suatu waktu adzan berkumandang. Kakak perempuan Abdurrahman bin Auf mendengarnya dan ia kagum dengan suara tersebut.
Maka ia berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, jangan dengan Bilal. Dengan orang yang adzan ini saja. Suaranya bagus. Pasti orangnya lebih bagus.”
“Benar mau?” Rasulullah meyakinkannya.
Ketika kumandang adzan selesai, ternyata yang keluar adalah Bilal. Akhirnya perempuan itu menikah dengan Bilal.