Bertahun-tahun kita dikibuli dengan teori evolusi darwin bahwa makhluk di alam semesta ini mengalami evolusi
Menjalani hidup secara bertahap hingga menuju titik sempurna hingga beberapa orang meragukan sejatinya manusia itu keturunan Adam alaihissalam ataukah Si Kera Pithecanthropus.
Orang tidak sadar bahwa itu hanya teori dan teori bukan realita. Sayangnya teori picisan semacam itu ini dijadikan doktrin untuk anak sekolah dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah menengah meskipun jelas-jelas ini sangat bertentangan dengan akal sehat.
Termasuk dalam kasus ini adalah perdebatan antara mazhab heliosentris dan geosentris, keduanya hanyalah teori dan sekali lagi teori bukan realita, selama tidak ada bukti empiris.
Maka dari itu posisikan teori sebagai teori dan jangan diyakini sebagai realita.
Berikutnya ada beberapa kaidah penting di dalam islam, sebelum menginjak kajian tentang dinosaurus.
1. Yang pertama, islam tidak menolak realita
Satu prinsip yang perlu kita tanamkan di benak kita baik-baik, bahwa islam tidak menolak realita.
Bagaimana mungkin islam menolak realita sementara islam datang menjelaskan realita terutama realita syari.
Dulu orang musyrikin jahiliyah pernah meyakini tiga hal yang semua bertentangan dengan realita.
Allah bantah keyakinan ini di dalam firmannya dalam Surat Al-Ahzab ayat 4: “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya dan tidak dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zihar itu sebagai ibumu. Dan dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu sendiri. Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulutmu saja dan Allah mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar.”
Perlu kita ingat bahwa tidak akan ada dalil dalam al-quran maupun hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang bertentangan dengan realita.
Ketika ada klaim bahwa al-quran bertentangan dengan satu realita, maka di sana ada dua kemungkinan.
Realita itu hanyalah klaim dusta yang tidak pernah ada atau realita itu hanyalah sebuah teori, tetapi masyarakat menganggapnya realita.