Maka, berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan, menyantuni, dan mengampuni (mereka), sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Maksud kata menjadi musuh adalah kadang-kadang istri atau anak dapat menjerumuskan suami atau bapaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama.
Anak Sebagai Qurrotul A’yun
Anak sebagai qurrotul a’yun (penyejuk mata) adalah anak yang baik, shalih dan thayib.
Yang berbakti kepada Rabb-nya dan kedua orang tuanya. Inilah anak yang dikehendaki oleh setiap keluarga.
Baca Juga: Heboh, Fenomena Cek Khodam di TikTok, Mengapa Masyarakat Indonesia Sangat Menyukai Hal yang Ghaib?
Anak yang baik, shalih lagi thayib adalah anak yang menyejukkan pandangan mata kedua orang tuanya, yang menyenangkan hati mereka.
Anak seperti inilah yang kita harapkan.
Untuk mencetak anak-anak yang bisa menjadi penyejuk mata bagi kedua orang tuanya, tidak bisa diperoleh hanya dengan berdiam diri bersantai-santai dan bersikap acuh tak acuh dengan pendidikan anak.
Pendidikan yang paling utama bagi anak adalah pendidikan agamanya, yang akan membawa kebaikan dunia dan akhirat.
Bukan sekedar pendidikan formal hanya untuk mendapatkan gelar dan ijazah yang takkan dibawa mati.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Islami Indonesia yang Cocok Ditonton Bareng Keluarga, Ada Kisah Cinta Bikin Baper
Untuk merealisasikan hal ini, maka sebagai orang tua, kita juga harus menjadi orang yang shalih pula, yang bisa menunjukkan qudwah (keteladanan) bagi anak-anak.
Dan ini semua bisa diraih dengan berilmu terlebih dahulu, kemudian baru mempraktikkan (mengamalkan) ilmu tersebut.***