Tapi yang patut dipahami oleh kita, perayaan ini adalah produk perpaduan tradisi dengan agama, bukan sebuah syariat.
Oleh karena itu, banyak hal yang tidak sesuai syariat ada di dalam perayaan ini.
Meski begitu, kearifan lokal ini tetap dipertahankan sebagai sebuah tradisi yang patut dilestarikan.
Setelah kita mengetahui semua fakta sejarah ini, mulai dari penetapan Kalender Islam oleh Khalifah Umar hingga penggabungannya dengan Kalender Saka oleh Sultan Agung.
Apakah kita tetap menyimpan rasa takut tentang malam satu suro?
Bahkan masih banyak masyarakat kita mengganggap bulan ini sebagai bulan sial. Anggapan sial seperti ini dinamakan Thiyarah.
Padahal Rasulullah sendiri sudah melarang perbuatan ini dalam sabdanya, “Thiyarah adalah Syirik.” (HR. Ahmad. Shahih menurut Syaikh Al-Albani)
Sudah sepatutnya kita sebagai seorang Muslim harus cerdas dalam menyikapi masalah ini.
Tinggalkanlah anggapan buruk yang hanya berdasarkan mitos, dan terangi pikiran serta jiwa kita dengan semangat positif di malam pergantian tahun.
Isi waktu ini dengan introspeksi diri. Bertobat atas segala dosa dan berniat untuk memperbaikinya di masa depan.
Semoga kita bisa menjadi insan yang lebih baik dari sebelumnya. ***