GENMUSLIM.id – Kolak kerap menjadi hidangan menu berbuka puasa yang populer selama bulan Ramadhan.
Berbagai variasinya, seperti kolak pisang, kolak ubi, kolak labu, dan kolak biji salak, memiliki citarasa unik yang menggugah selera, apalagi jika dimakan saat Ramadhan.
Tetapi, mengapa kolak begitu melekat sebagai takjil buka puasa di bulan Ramadhan? Dikutip dari YouTube KompasTV Jumat, 16 Februari 2024, sejarawan Fadly Rahman mengemukakan bahwa asal-usul kata "kolak" mungkin berasal dari "Khalik", yang artinya sang pencipta.
Baca Juga: Jangan Salah Paham Dulu, Ternyata Wanita Boleh Menolak Lamaran Laki Laki Sholeh Lho, Benarkah?
Banyak ahli sejarah percaya bahwa kolak menjadi alat penyebaran agama Islam pada masa lalu, khususnya selama bulan Ramadhan.
Selain itu, bahan-bahan untuk membuat kolak mudah ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, menjadikannya sebagai pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan menu berbuka puasa di bulan Ramadhan.
Kolak menjadi sebuah perpaduan budaya lokal dan penyebaran Islam.
Menurut Arkeolog Dwi Cahyono, unsur-unsur dalam kolak memiliki kaitan dengan ajaran Islam.
Misalnya, bahan pisang kepok yang merujuk pada kata "kapok" dalam bahasa Jawa yang berarti jera, mengingatkan manusia untuk jera terhadap dosa dan bertaubat kepada Tuhan.
Kemudian, bahan ubi yang dalam bahasa Jawa dikenal sebagai "telo pendem", yang artinya mengubur kesalahan dalam-dalam.
Tidak ketinggalan, santan yang dalam bahasa Jawa disebut "santen" yang merupakan kependekan dari "pangapunten" atau permohonan maaf.
Seiring berjalannya waktu, variasi dalam penyajian kolak semakin bervariasi, mulai dari segi isian hingga teknik penyajian.
Namun, tak dapat disangkal bahwa kolak tetap menjadi ikon takjil yang menjadi favorit banyak orang selama bulan Ramadhan.
Selain sebagai pencuci mulut yang lezat, kolak juga menyimpan makna yang dalam, mengingatkan umat akan pentingnya jera terhadap dosa dan memohon ampunan kepada Sang Pencipta.