Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam enggan pulang ke rumahnya sebelum mengetahui kabar Ummu Umarah.
Beliau kemudian mengutus Abdullah bin Ka’ab al-Mazani untuk menanyakan keadaan Ummu Umarah.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Sayyidina Ali bin Abi Thalib, Tak Takut Mati Hanya Untuk Melindungi Rasulullah SAW
Abdullah pun kembali dengan membawa kabar bahwa Ummu Umarah selamat.
Nusaibah binti Kaab juga disebut sebagai seorang wanita yang memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain.
Ketika salah seorang putranya syahid dalam sebuah pertempuran, Nusaibah binti Kaab menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah.
Beliau menerima berita kewafatan anaknya dengan penuh keikhlasan serta kebanggaan.
Selain perang Uhud, Nusaibah binti Kaab bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Hunain, Perang Khaibar dan perang Yamamah.
Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah binti Kaab tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga memanggul senjata menyambut serangan musuh.
Setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam wafat, banyak umat Islam yang kembali murtad dan enggan membayar zakat.
Bahkan adapula oknum yang mengaku sebagai nabi, yaitu Musailamah al-Kadzab. Abu Bakar Ash-Shiddiq yang saat itu menjabat sebagai Khalifah, akhirnya memutuskan untuk memerangi mereka.
Ummu Umarah dan putranya yaitu Hubaib bin Zaid pun ikut serta dalam perang. Namun, putranya tertawan dan dipaksa untuk mengakui kenabian Musailamah.
Hubaib dengan keimanannya yang kokoh tak sedikitpun mengubah keyakinannya. Akhirnya Musailamah memotong-motong tubuh Hubaib hingga ia syahid.
Ummu Umarah bertekad membunuh Musailamah dengan tangannya sendiri. Maka beliau pun bergabung dengan pasukan pada perang Yamamah.