"Karena menjaga perasaan orang lain jauh lebih penting daripada membela diri," jawab Hasan Al Banna.
Pada kesempatan lain, seorang bapak marah mendatangi anaknya di sebuah masjid.
Kemarahannya memuncak karena anaknya mengikuti kajian seorang dai yang digambarkan buruk oleh rezim penguasa dan musuh dakwah pada saat itu.
Dengan kasar, bapak tersebut menarik anaknya keluar dari dalam masjid.
Ketika hendak mengenakan sandal di serambi masjid, bapak ini terpeleset dan sandalnya terpental jauh.
Saat itulah Hasan Al Banna membantu bapak itu untuk berdiri kembali dan dengan cepat mengambilkan sandalnya.
Emosi sang bapak pun mereda, lalu ia tersenyum dan bertanya, "Siapa namamu, Anak Muda?"
"Hasan al-Banna," jawab pria itu singkat sambil tersenyum.
Mendengar nama laki-laki tersebut, sang bapak langsung menunduk, air matanya mengalir.
Terungkaplah bahwa selama ini ia telah memiliki prasangka buruk terhadap seseorang yang sebenarnya baik hati di hadapannya.
Ia hanya mendengar pendapat orang yang melarang anak-anaknya mengikuti kajian Imam Hasan Al Banna.
Karena menurut mereka, kajian tersebut mengajarkan tindakan anarkis dan melawan pemerintah.