“Ketika itu hujan turun di masa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu Nabi bersabda, ‘Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, ‘Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, ‘Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu’” (HR. Muslim no.73).
- Menyebut-nyebut Nikmat yang Diberikan Allah
Menyebut-nyebut nikmat yang diberikan oleh Allah, adalah salah satu dari tanda tanda hamba yang bersyukur.
Sebagian dari kita mungkin lebih mudah menyebut-nyebut kesulitan yang kita hadapi dan mengeluhkannya kepada orang-orang.
Sebagai contoh kita lebih sering mengucapkan “Saya sedang sakit ini.” “Saya baru dapat musibah itu..” “Saya kemarin rugi sekian rupiah..”, dll.
Akan tetapi, seseorang yang benar-benar bersyukur itu lebih sering menyebut-nyebut kenikmatan yang Allah berikan.
Karena Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan nikmat yang diberikan oleh Rabbmu, perbanyaklah menyebutnya” (QS. Adh-Dhuha: 11).
Walaupun disini, sering menyebut nikmat Allah itu adalah tanda tanda hamba yang bersyukur, kita harus berhati-hati agar rasa syukur itu tidak berubah menjadi takabbur (sombong) dan ‘ujub (merasa kagum atas diri sendiri).
- Menunjukkan Rasa Syukur dalam Bentuk Ketaatan kepada Allah
Selanjutnya, jika kita ingin mengetahui apakah kita sudah menjadi hamba yang penuh rasa syukur maka kita bisa melihat pada ketaatan kita pada Allah SWT.
Sebab, semakin kita bersyukur, maka akan semakin baik kualitas dan semakin banyak kuantitas ibadah dan ketaatan kita pada Allah SWT.
Akan sangat aneh apabila kita mengaku bersyukur, dan menyadari segala yang kita miliki semata-mata atas keluasan rahmat Allah, namun di sisi lain kita malah melalaikan perintah Allah dan melanggar larangan-Nya.
Bukan salah satu tanda tanda hamba yang bersyukur jika kita enggan shalat, enggan belajar agama, enggan berzakat, memakan riba, dll.