Ia menjadi Sultan pertama dari Kerajaan Riau Lingga dengan gelar Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah Yang Dipertuan Besar Riau Lingga ke-1 dari tahun 1812 M hingga 1832 M.
Sesudah Malaka sebagai Ibu Kota Kerajaan, Malaka diserang oleh pasukan Portugis yang berada di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque pada 10 Agustus 1511 M dan berhasil direbut pada 24 Agustus 1511.
Sultan Mahmud Syah (Sultan terakhir Malaka dan Sultan pertama Johor Riau) beserta semua pengikutnya melarikan diri ke Johor, lalu ke Bintan dan mendirikan Ibu Kota baru.
Baca Juga: Khazanah Intelektual Islam, Mengenal Lebih Dekat Mengenai Biografi Filsuf Muslim Ibnu Sina (Part 2)
Pada tahun 1526 M, Portugis berhasil membumihanguskan Bintan. Sultan Mahmud Syah kemudian mundur ke Kampar yang menjadi tempatnya wafat dua tahun kemudian.
Sultan Mahmud Syah digelar Marhum Kampar, kemudian digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Alauddin Riayat Syah II sebagai Sultan Johor Riau ke-2.
Putra Sultan Mahmud Syah lainnya bernama Muzaffar Syah, kemudian, ia menjadi Sultan Perak.
Pada puncak kejayaannya, Kerajaan Johor Riau termasuk wilayah Johor saat ini, Pahang, Selangor, Singapura, Kepulauan Riau dan sejumlah daerah lain di Sumatera, seperti Riau Daratan dan Jambi.
Pada tahun 1812 M, Kerajaan Johor Riau mengalami kemunduran sesudah wafatnya Sultan Mahmud Syah III Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke-16.
Sejarah ini disebabkan karena adanya perebutan kekuasaan antara dua putra sultan yakni Tengku Hussain / Tengku Long serta Tengku Abdul Rahman.
Ketika putra tertua dari Sultan Mahmud Syah III yaitu Tengku Hussain / Tengku Long yang sedang di Pahang, secara tidak terduga pada 12 Januari 1812, Sultan Mahmud Syah III wafat.
Menurut adat istiadat di Istana, seorang pangeran Raja hanya bisa menjadi Sultan, jika seandainya dia berada di samping Sultan ketika mangkat.
Oleh karena itu, Tengku Abdul Rahman dilantik menjadi Yang Dipertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke-17 meneruskan kepemimpinan Sultan Mahmud Syah III dan menggantikan saudara tertuanya Tengku Hussain / Tengku Long.
Ketika Tengku Hussain kembali dari Pahang, ia menuntut haknya sebagai putra tertua untuk menjadi Sultan, menggantikan ayahnya.