GENMUSLIM.id - Sebagai salah satu filsuf dan ilmuwan terbesar dalam sejarah Islam, Ibnu Sina hidup di tengah-tengah masyarakat Islam tepatnya pada masa Dinasti Saman,yang dikenal mencintai ilmu pengetahuan.
Selain karena faktor lingkungan masyarakat yang mendukung, keluarga filsuf besar Ibnu Sina juga terkenal taat pada agama Islam dan dikenal mencintai ilmu pengetahuan.
Ketika Ibnu Sina sejak muda belia memutuskan untuk bergelut di bidang ilmu pengetahuan selain islam, maka kedua orang tuanya dengan sangat gembira mendukung keputusan Ibnu Sina.
Meskipun fakor masyarakat Islam kala itu yang mendukung dan keluarga filsuf Ibnu Sina juga mendukung, bukan berarti Ibnu Sina dengan mudah mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan, melainkan dengan perjuangan yang sungguh-sungguh dan keuletan yang luar biasa.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Keajaiban Kebaikan: Kisah Pedagang Kurma yang Diberkahi Surga Berkat Anak Yatim
Ibnu Sina sendiri lahir pada tahun 980 M di dekat Kota Bukhara, sebuah kota yang sejak peradaban Islam menancapkan pengaruhnya di wilayah tersebut menjadi salah satu kota besar yang bersinar karena ilmu pengetahuan dan lahirnya para pakar keilmuan dalam Islam, sebut saja Imam Bukhari dan masih banyak lagi.
Disebutkan oleh Sayyed Hossein Nasr di dalam bukunya yang berjudul Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam, Antara Ibnu Sina, Suhrawardi dan Ibnu Arabi, bahwa Ibnu Sina sejak usia sepuluh tahun sudah berhasil menghafalkan Al Qur’an, menguasai tata bahasa Arab dan Persia, maupun ilmu logika dasar.
Setelah menguasai khazanah ilmu di atas, Ibnu Sina juga mempelajari fisika, metafisika, dan kedokteran dengan gurunya yang bernama Abu Sahl.
Pada usia enam belas tahun, Ibnu Sina telah menguasai semua khazanah ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya, kecuali gagasan metafisika Aristoteles.
Padahal, Ibnu Sina sendiri sudah berusaha semaksimal mungkin dengan membaca dan menghafal mengenai gagasan metafisika Aristoteles berulang kali, tetapi juga belum paham apa maksudnya.
Namun hambatan dalam mempelajari metafisika Aristoteles pada akhirnya menemukan jalan mudah yakni ketika Ibnu Sina menemukan teks Al Farabi mengenai komentar-komentar metafisika Aristoteles.
Pada usia enam belas tahun, Ibnu Sina juga telah dikenal banyak orang akan kemahirannya dalam ilmu kedokteran, sehingga banyak orang yang berdatangan hanya untuk menimba ilmu dari Ibnu Sina.
Ibnu Sina tidak sekedar berteori, tetapi juga melakukan praktek dan mengobati orang-orang sakit.