Membaca Pemikiran dan Sikap Kritis Cendekiawan Islam Rasjidi Tentang Ideologi Komunisme (Part 4)

Photo Author
- Jumat, 15 September 2023 | 10:40 WIB
Salah satu karya cendekiawan Islam Rasjidi, yang mempunyai pemikiran yang mencerahkan. (GENMUSLIM.id/dok:instagram/senjapustakabuku)
Salah satu karya cendekiawan Islam Rasjidi, yang mempunyai pemikiran yang mencerahkan. (GENMUSLIM.id/dok:instagram/senjapustakabuku)

GENMUSLIM.id-Selain Rasjidi yang mengatakan bahwa antara Marxisme dan Islam bertentangan dalam hal pemikiran dan praksis, ada Kuntowijoyo yang juga mengatakan demikian, sebagaimana tertuang di dalam bukunya yang berjudul Identitas Politik Umat Islam.

Di buku tersebut Kuntowijoyo juga mengatakan hal yang sama dengan Rasjidi, bahwa iman Islam bukan ditentukan oleh hal-hal yang sifatnya material fisik, melainkan karena sebuah kesadaran tinggi, yang biasa disebut sebagai hidayah dan niat, sebab di kalangan umat Islam sendiri ada yang kokoh imannya sekalipun dia miskin, ada yang tidak beriman sekalipun kaya.

Artinya baik Rasjidi dan Kuntowijoyo sepakat, meskipun pemikiran Komunisme dan Marxisme ini nampak indah, pada hakikatnya juga berseberangan dengan ajaran Islam, dan jika dipelajari lebih mendalam ajaran Islam sendiri juga bisa mewujudkan tatanan yang adil dalam masyarakat, sebagaimana yang bisa dibuktikan dalam sejarah Islam yang sangat panjang itu.

Baca Juga: Langit Jakarta Sempat Kembali Biru, Berkat Teknologi Modifikasi Cuaca ? Simak Pendapat Beberapa Ahli DISINI

Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan mengenai maksud dialektika materialis dan materialisme histori secara singkat menurut pemikiran Rasjidi, sedangkan pada artikel ini akan diulas pada bab mengenai ekonomi dan tata negara dalam ideologi komunisme.

Di dalam bukunya yang berjudul Hari Depan Peradaban Manusia, Antara Sekularisme, Komunisme, dan Islam, Rasjidi mengatakan adapun mengenai unsur ekonomi yang mengatakan, bahwa nilai terdapat dalam kerja, sudah banyak disoroti kesalahannya, dan bagi Rasjidi hanya sebagai propaganda untuk mempengaruhi kaum buruh.

Di ranah negara, sistem komunis menganut demokrasi partai tunggal, di mana sistem multi-partai yang merupakan manifestasi dari demokrasi liberal, dianggap oleh kaum Marxis, berpeluang terjadi aturan pesanan dari kaum kapitalis.

Oleh sebab itu, menurut Rasjidi, bahwa negara yang berideologikan komunisme ini akhirnya sangat otoriter.

Baca Juga: Membaca Pemikiran dan Sikap Kritis Cendekiawan Islam Rasjidi Tentang Ideologi Komunisme (Part 2)

Selain itu, Rasjidi juga menyoroti pada aspek negara dan revolusi dalam struktur pandangan komunis, yang menurut kaum komunis, negara adalah suatu mesin bagi suatu lapisan masyarakat untuk menindas lapisan yang lain.

Untuk sampai pada posisi kekuasaan tersebut, pertama-tama dilakukanlah sebuah propaganda secara masif, agar rakyat dan kaum tertindas memusuhi apa yang dimusuhi oleh kaum Marxis, setelah mendapat masa dan dukungan yang banyak, maka kaum buruh, tani, dan masyarakat tertindas itu dilatih secara militer, untuk melakukan sebuah revolusi besar.

Ketika revolusi besar tadi berhasil, maka alat-alat produksi yang selama ini dimiliki oleh kaum kapitalis, direbut dan dijadikan sebagai kepemilikan kolektif, yang diatur oleh negara, atau dalam ilmu ekonomi disebut ekonomi komando.

Baca Juga: Kisah Abu Jandal bin Suhail, Sahabat Nabi Muhammad yang Penuh Cobaan dan Rintangan Ketika Memeluk Islam

Sudah barang tentu, untuk melakukan revolusi dibutuhkan sebuah peristiwa yang mengandung unsur kekerasan dan kekejaman, yang kadang-kadang di luar nalar kita, sebab menurut Rasjidi juga, Engels sendiri pernah berkata, bahwa ia menolak semua dogma moral yang sifatnya abadi (eternal) dan mutlak (ultimate), karena moral adalah suatu hasil dari tingkatan ekonomi pada suatu masa.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Nauveliawati Nur Al-Fathonah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X