GENMUSLIM.id-Setelah sukses membanggakan Indonesia, Putri Ariani menjadi sosok yang dikenal oleh masyarakat dunia sebagai salah seorang muslimah yang piawai dalam bernyanyi.
Penampilan Putri Ariani yang membuat keempat juri standing ovation di semifinal American Got Talent 2023, memberikan contoh yang luar biasa bagi setiap muslimah.
Kondisi fisik tidak menjadi halangan, Putri Ariani membuktikan bahwa setiap muslimah mampu berkiprah mencapai mimpinya dengan kerja keras dan doa yang maksimal.
Status perempuan muslimah bukan jadi penghalang dalam berkreasi dan meraih prestasi, justru islam sangat mendukung dan mengapresiasi segala potensi yang ada pada setiap muslimah.
Bukan hanya saat ini, bahkan di zaman Rasululullah, sudah ada banyak perempuan muslimah yang berkiprah di berbagai bidang.
Sebut saja Siti Khodijah yang berkiprah di dunia perekonomian dan perdagangan, ada Siti Aisyah yang berkiprah di dunia pengetahuan, dan Nusaibah binti Ka'ab yang berkiprah di medan perang.
“Umar bin Khattab Ra bercerita mengenai ibu Amarah, yaitu Nusaibah binti Ka’ab-menuturkan bahwa Rasulullah Saw menceritakan tentang Nusaibah binti Ka’ab ketika perang Uhud. Setiap aku menoleh ke kiri maupun ke kanan, aku melihatnya gigih bergelut untuk melindungiku,” (HR Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat-nya Juz 8 halaman 415).
Semua kontribusi dan peranan perempuan muslimah sangat dijunjungtinggi oleh islam dengan tidak membeda-bedakan antara kaum hawa dengan kaum laki-laki.
Baca Juga: Umat Islam Wajib Tahu! Begini Penjelasan Zakat Ternak Oleh Buya Hamka, Sebuah Pengantar Singkat
Keterbatasannya yang tidak bisa melihat bukan alasan untuk mencapai mimpi, Putri Ariani memiliki tekad yang kuat serta dukungan yang luar biasa dari keluarganya untuk mengepakkan sayap setinggi-tingginya.
Bahkan di dalam sejarah, beberapa tokoh besar dunia islam lahir dengan keterbatasan, salah satunya Ibnu Ummi Maktum seorang sahabat Rasulullah yang tuna netra, tetapi berkontribusi besar dalam perjuangan agama.
Imam Asy Syathibi Al Andalusi juga seorang ulama besar di bidang ilmu Qira'at pada zamannya, dengan keadaan fisik yang tuna netra.
Semua keterbatasan itu tetap kembali kepada pribadi masing-masing, mau atau tidak kita berjuang mencapai mimpi-mimpi kita?
