Membaca Realitas Empiris Antara Subjektivitas dan Internalisasi Menurut Cendekiawan Islam Kuntowijoyo

Photo Author
- Kamis, 7 September 2023 | 16:45 WIB
Sosok Kuntowijoyo, seorang sejarawan, sastrawan, dan cendekiawan Islam, yang mempunyai pemikiran yang khas dalam melihat realitas ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Instagram @sabdaperubahan))
Sosok Kuntowijoyo, seorang sejarawan, sastrawan, dan cendekiawan Islam, yang mempunyai pemikiran yang khas dalam melihat realitas ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Instagram @sabdaperubahan))

GENMUSLIM.id - Umat Islam mempunyai cara pandang yang khas, unik, dan berbeda dengan masyarakat atau peradaban manapun dalam melihat realitas empiris, hal tersebut bagi Kuntowijoyo harus dimengerti dan dipahami oleh umat Islam manapun.

Sebagai sejarawan, sastrawan, dan bisa dikatakan sebagai cendekiawan Islam, Kuntowijoyo mempunyai pemikiran yang besar dalam konteks ilmu-ilmu sosial humaniora, yakni teori yang dicetuskannya dengan apa yang disebut sebagai ‘Ilmu Sosial Profetik,’ yang unik dalam membaca realitas.

Bagi Kuntowijoyo, umat Islam mempunyai pandangan berbeda dengan struktur pandangan dunia yang sekuler, terutama dalam melihat realitas, di mana umat Islam mempunyai epistemologi sendiri, yakni apa yang disebut sebagai epistemologi relasional, yakni sebuah pemikiran yang menyatakan semua kenyataan dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan.

Baca Juga: Membaca Pemikiran Intelektual Islam Kuntowijoyo Tentang Rekayasa Sosial atas Kekuatan Ekonomi

Di dalam buku Identitas Politik Umat Islam, Kuntowijoyo mengatakan, di dunia sekarang ini, setidaknya ada dua pemikiran dalam memahamai dan membaca realitas empiris, Kuntowijoyo menyebutnya antara subjektivitas dan internalisasi.

Subjektivitas melihat realitas empiris dengan apa adanya, seolah-olah tidak ada nilai atau makana apapun, dengan kata lain di balik realitas empiris yang dilihat atau diamati, tidak ada apa-apa.

Subjektivitas ini terjadi karena proses sekularisasi, yang sifatnya materialistik, dan tidak mempunyai makna apapun dalam melihat realitas empiris, kosong dan tanpa nilai apapun.

Agar mudah dipahami, Kuntowijoyo dengan cerdas memberi contoh,misalnya dalam pertandingan di MGM Ground, Las Vegas pada 17 Maret 1996, berlangsung pertandingan tinju kelas jerami WBC, antara Ricardo Lopez (Meksiko) dan Ala Villamor (Filiphina).

Baca Juga: Para Pertani Muslim Wajib Tahu! Beginilah Definisi Zakat Pertanian dalam Islam Menurut Buya Hamka, SIMAK

Dalam pertandingan tersebut, Ricardo Lopez dari Meksiko berhasil memenangkan pertandingan.

Karena telah berhasil mengalahkan Ala Villamor dari Filiphina, Ricardo Lopez teriak kegirangan, mengangkat dua tangan untuk memperlihatkan kebolehannya.

Itu persis dengan reaksi koboi setelah menembak jatuh lawannya, yakni dengan memutar-mutar pistol dan menyarungkannya.

Itulah apa yang dimaksud subjektivitas, sebuah reaksi wajar-wajar saja dalam melihat gejala empiris, subjektivitas ini terjadi bila orang melihat realitas empiris hanya mempunyai konsekuensi logis saja, tidak lebih dan tidak kurang.

Selain subjektivitas, ada pemikiran lain yang umumya dipahami oleh umat Islam dalam melihat realitas empiris, yakni apa yang disebut sebagai pemikiran internalisasi.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: Identitas Politik Umat Islam karya Kuntowijoyo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X