Baca Juga: VIRAL! Obat Tramadol Beredar Bebas di Karawang Membuat Ratusan Warga Kecanduan
Di dalam bukunya Jawa Islam di Masa Kolonial; Suluk, Santri dan Pujangga Jawa, Irfan Afifi menyatakan, jika setelah lulus kuliah, saya punya kegelisahan.
Inti kegelisahannya bertahun-tahun mempelajari filsafat orang lain, tetapi abai dengan falsafah masyarakat saya sendiri, yakni Jawa.
Mulai itu saya membaca buku tentang sejarah dan falsafah orang Jawa dari kalangan orientalis.
Tetapi saya tidak puas dengan argumen mereka.
Baca Juga: Keputihan Tiada Henti, Bahayakah? Cek Selengkapnya Disini!
Tidak puas karena para orientalis itu mengidentifikasi falsafah masyarakat Jawa diinspirasi Hindu-Budha. Padahal, term ‘falsafah’ itu sendiri berasal dari Bahasa Arab, yakni falasifah.’
Falsafah orang Jawa dengan filsafat Barat itu berbeda.
Filsafat Barat menekankan berpikir yang abstrak, sedangkan falsafah orang Jawa menekankan lelaku, atau bisa dibilang filsafatnya praktis.
Dalam falsafah Jawa sendiri ada istilah ‘suluk’. Istilah ‘suluk’ ini diserap dari Bahasa Arab, yang berarti jalan lelaku hidup yang harus dilalui.
Sangat paradoks, jika falsafah orang Jawa diinspirasi oleh Hindu-Budha, sedangkan istilah kunci yang dipaki diserap dari Bahasa Arab.
Para orientalis itu bekerja di bawah Pemerintah Kolonial Belanda.
Mereka menciptakan Jawa yang Hindu, karena trauma atas Perang Jawa yang mengidentifikasi sebagai Islam dan Muslim, dengan dikonstruksi Jawa sebagai representasi Hindu-Budha, diharapkan masyarakat Jawa tidak melakukan perlawanan kembali.***
Sobat Genmuslim yang baik hatinya, ingin mendapat berita update setiap hari dari Genmuslim.id? Ayo gabung di Grup Telegram "GENMUSLIM NEWS", caranya klik link https://t.me/genmuslimnews, kemudian join. Langkah pertama install aplikasi Telegram di Ponsel.