Baca Juga: Kisah Hikmah Abbad bin Bisyir, Sahabat Nabi dari Anshar yang Syahid di Perang Yamamah
Namun ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran al-Quran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya,
“Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?”
“Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kami berdua saja”, jawab mereka.
“Pasti kalian telah murtad”, kata Umar dengan geram.
“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu?” jawab ipar Umar.
Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah.
Fatimah segera membangunkan suaminya yang berlumuran darah, namun Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah, maka berkatalah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah.
“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, maka aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah”.
Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan berdarah, timbul penyesalan dan rasa malu di hati Umar. Lalu dia meminta lembaran al-Quran tersebut.
Namun Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan Al-Quran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci.
Baca Juga: Bolehkah Memperjualbelikan Daging Hewan Kurban? Simak Penjelasan Selengkapnya di Bawah Ini
Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca, "Bismillahirrahmanirrahim".
Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci”. Beliau pun terus membaca hingga ayat,