Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, bukankah seringkali kita mencari rumah sebagai tempat pulang?
Rumah tempat melepas segala lelah dan setiap gundah setelah perjalanan yang kadang tanpa arah.
Mencari ke sana kemari, berharap menemukan rumah yang tepat untuk disinggahi.
Apa pun dan siapa pun bisa menjadi rumah. Bagi siapa saja.
Namun, apakah itu benar-benar rumah yang selama ini dicari?
Seperti halnya tokoh dalam puisi berikut ini yang berjudul Pulang ke Rumah, menggambarkan bagaimana dirinya menemukan rumah yang sesungguhnya.
Pulang ke Rumah
Aku berhari-hari pergi
Melangkah ke sini, melangkah ke sana
Sebetulnya tak tahu dan tak mengerti
Mau ke mana aku ini?
Terombang-ambing dalam sandiwara yang justru membuatku terlena
Berpikir bahwa hidup adalah selamanya
Menikmati fatamorgana
Yang, lucunya aku bersenang-senang di dalamnya.
Semakin lama aku mulai merasa lelah
Mulai merasa muak
Merasa bahwa, apa aku benar-benar hidup?
Hidup itu apa?
Untuk apa aku hidup?
Baca Juga: Puisi Di Gerbong Kereta Itu: Berisi Tentang Seseorang yang Berusaha Mencintai Jalan Hidupnya
Aku pergi seperti musafir jalanan
Yang tak tahu arah tujuan
Meminta kebahagian ke sana sini
Dan memelas akan kesenangan