Cerpen Generasi Millenial: Harapan dalam Secangkir Cappucino

Photo Author
- Minggu, 11 Juni 2023 | 06:55 WIB
Cerpen untuk anak muda yang berjudul 'Harapan dalam Secangkir Cappucino', penuh hikmah dan pelajaran ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Pixabay))
Cerpen untuk anak muda yang berjudul 'Harapan dalam Secangkir Cappucino', penuh hikmah dan pelajaran ((Foto: GENMUSLIM.id/dok: Pixabay))

Bagiku, cemburuku saat itu seperti jalan berkabut. Aku harus menyalakan lampu kata-kata untuk melihatnya. Bukan dengan diam seribu bahasa.

“Entahlah,” jawabku singkat yang langsung diikuti gerakan tangan meraih segelas cappuccino dingin di hadapanku.

“Sandri enggak suka sama kau. Udahlah, enggak usah kau paksakan. Masih banyak yang lebih baik di luar sana, Bro.” Dia berkata santai.

“Di luar memang masih banyak, tetapi dia masih di dalam.” Aku menjawab sengit.

Entah kenapa malam ini aku merasa si Puji terus saja menghakimiku, seolah-olah aku adalah ciptaan-Nya yang memang paling pantas untuk disalahkan atas skenario ini.

“Oke, terus sekarang gimana? Kau masih mau memperjuangkan orang yang enggak pernah mau diajak berjuang?” lanjutnya.

Aku hanya terdiam, membiarkan mulutnya terus-menerus menikamku dengan kata-kata penghakiman.

Bagiku ucapannya malam ini meskipun disertai tikaman-tikaman kecil  tetap saja tak akan mampu melukai nama yang telah aku abadikan dalam sebuah kotak fana bernama ingatan.

Cinta itu perjuangan dua orang, bukan sendirian, Kawan!” ucapnya tegas.

Aku tahu temanku ini peduli padaku. Baru kali ini aku dibuat diam olehnya. Selama ini aku tak pernah kalah sekata pun saat berdebat dengannya.

Namun, malam ini di tengah keramaian rintik hujan, hanya dia yang berani menyapaku dengan penghakimannya. Tak habis pikir rasanya bahkan sahabatku pun tak lagi mendukungku.

Apakah aku salah? Ini takdir Tuhan dan tak ada yang dapat disalahkan, batinku.

Yang terpenting bukanlah menang atau kalah, bukan juga berhasil atau gagal. Tuhan tidak mewajibkan manusia untuk menang sehingga kalah pun bukan dosa dibagian itu, yang terpenting adalah apakah seseorang berjuang atau tak berjuang. Hanya itu.

“Dan sekarang kau masih berharap padanya?” katanya sembari tertawa sinis.

Ada nada mengejek dalam penghakimannya kali ini. Satu-satunya yang tak dapat kuterima kali ini adalah dia menghakimi dan mengejekku.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muhammad Reza Nurcholis, S.Si

Sumber: Karya Muhammad Reza Nurcholis

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X