Di kesehariannya Lea terus memperbaiki diri dan berdoa dalam penantiannya. Persis seperti namanya, ia adalah perempuan yang sholihah, yang taat beragama dan patuh terhadap orang tuanya.
Dalam kisah asmaranya dia hanya berani mengagumi seseorang tanpa mengutarakannya sama sekali. Namun, beberapa kali pernah ada lelaki yang mendekatinya, sehingga membuatnya risih dan terpaksa menjauhinya meski itu temannya sendiri.
Menjelang tahun baru 2021, ia menambah beberapa amalan agar segera dipertemukan dengan jodohnya. Ia selalu bermujahadah seperti pesan salah satu gurunya, meski tak jarang ia jatuh bangun dalam setiap prosesnya.
Lea seorang content creator dakwah di salah satu platform media sosial, ia berusaha menjadi penyambung lidah Rasulullah SAW untuk umat Islam masa kini.
Meski sekarang ia masih dalam masa pengabdian di pondok pesantren tempat ia menimba ilmu, ia tetap aktif dakwah di platform media sosialnya.
Tak jarang Lea mengikuti kajian para santriwati, yang sebenarnya tak wajib diikuti oleh khadimat (murid pengabdian) yang sudah lulus.
Dari kajian-kajian yang ia hadiri dan ilmu-ilmu yang ia catat, Lea membagikannya di platform media sosialnya.
Hingga suatu ketika, saat Lea sudah mulai fokus memperbaiki diri, salah satu gurunya meminta Lea menginap di dalam rumah gurunya.
Karena gurunya akan pergi safari dakwah, Lea diminta untuk menemani istri gurundanya yang baru saja melahirkan anak ketiga.
“Lea, untuk beberapa hari ke depan, tolong temani Ning Aliya, ya,” ucap guru Les yang bernama Gus Ihsan.
“Mungkin 8-10 hari saja, karena saya ada perjalanan dakwah ke Semarang,” sambung Gus Ihsan.
Dengan kepala dan pandangan yang terus tertunduk Lea menganggukkan kepalanya, “Enggeh, Gus”
Selama tiga hari di ndalem, Lea menjalankan khidmahnya dengan baik, bahkan Ning Aliya juga beberapa kali membagikan awal kisah pertemuannya dengan Gus Ihsan kepada Lea.