Cerpen Roman Singkat: Percakapan Antara Buku dan Sebuah Pena Tentang Cinta yang Menyentuh Hati

Photo Author
- Jumat, 15 September 2023 | 10:50 WIB
Ilustrasi sebuah buku dan pena juga percakapan tentang cinta seperti dalam cerpen (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Markus Spiske)
Ilustrasi sebuah buku dan pena juga percakapan tentang cinta seperti dalam cerpen (GENMUSLIM.id/dok: Pexels/Markus Spiske)

Baca Juga: Membaca Pemikiran dan Sikap Kritis Cendekiawan Islam Rasjidi Tentang Ideologi Komunisme (Part 2)

Sayangnya aku bukan peramal yang katanya bisa membaca isi hati dan pikiran. Aku hanyalah aku sebuah buku yang mungkin akan begitu-begitu saja isinya tanpa kehadiran pena di sisiku.

Aku melihat pena yang juga sedang menatapku, seperti biasa dia selalu berusaha mengisi lembaran-lembaran dalam diriku. Mengisinya agar tidak kosong dan membuatku merasa istimewa.

Apa aku terlalu geer dan kepedean jika aku berpikir pena punya cinya yang begitu besar untukku dan akan selalu begitu? Apakah pikiran itu terlalu gila dan tidak masuk akal?

Aku rasa tidak. Menurutku siapa pun berhak punya rasa cinta.

Baca Juga: Membaca Pemikiran dan Sikap Kritis Cendekiawan Islam Rasjidi Tentang Ideologi Komunisme (Part 1)

Namun, ada sedikit yang mengusik diriku. Apakah pena itu benar-benar punya rasa cinta untukku? Apakah dirinya ingin selalu bersamaku dan tidak ingin kehilanganku?

Aku tahu pena mungkin akan tetap berharga meskipun tanpa kehadiranku. Dia bisa saja baik-baik saja tanpa harus ada aku.

Layaknya pena yang memang bisa menulis dan menjatuhkan tintanya di mana saja, seperti dinding mungkin? Atau lantai? Atau daun kering? Karena tidak harus selalu menulis dalam buku, bukan?

Sementara diriku, aku akan selalu merasa hampa dan kosong tanpa kehadiran pena. Aku tidak akan merasa baik-baik saja tanpa kehadirannya.

Baca Juga: Laki-laki Muslim Wajib Paham! Simak Perbedaan dan Cara Membersihkan Mani, Madzi dan Wadi Berikut

Itulah arti cinta yang aku miliki untuk pena.

Aku masih melihatnya yang masih saja sama. Bersama dan berada di sisiku. Apakah akan selalu begitu?

Aku memutuskan untuk bertanya pada pena apakah dia tidak akan pergi meninggalkanku? Meskipun mungkin ada tempat menulis yang lebih baik daripada aku.

Jawabannya benar-benar menyentuh hatiku. Pena bilang, yang dia ingin hanya buku dan terus menjatuhkan tintanya di sana. Tidak di daun, di dinding, atau di lantai rumah. Hanya buku dan aku juga cinta miliknya.***

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nauveliawati Nur Al-Fathonah

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X