Perjalanan yang mulai terlambat membuat Riko dan Nino ketinggalan rombongan hingga mereka lebih terlambat dari rombongan lainnya.
Naasnya mereka tersesat ke jalan yang tidak diketahui dan nampaknya sangat jauh dari jalur yang harusnya dilewati.
Baca Juga: Cerpen Muslimah: Hijab Untukmu, Mereka dan Taat PadaNya
Kejadian sudah barang tentu membuat dua manusia kecil ini cemas dan takut, terlebih sendiri dan malam hari di tempat yang lebih mirip hutan ini.
Riko dan Nino memutuskan beristirahat sebentar setelah panjang perjalanan hanya memutari jalan yang sama lagi dan lagi.
Selaku manusia yang belum pernah sama sekali ke hutan dan menjelajahi hutan, Nino dan Riko hanya bisa tertunduk lesu tanpa tahu jalan keluarnya.
Terdengar isakan dari arah Riko, dengan terbatasnya penglihatan karena penerangan hanya lilin yang sekarang tinggal kecil.
Nino mengarahkan cahaya lilin ke arah Riko dan terlihat samar, Riko menangis dengan cukup tertahan.
"Riko kenapa?" Tanya Nino akhirnya.
"Gimana kita berdua Nino? Bagaimana kalau ad hewan buas" jawab Riko dengan tersedu.
"Kita gak berdua Riko. Kita bertiga, ada aku. Kamu. Dan Allah. La tahzan innallaha ma'ana. Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita."
"Nino..." Riko justru semakin menangis mendengar hal tersebut.
"Riko, aku salah bicara ya?" Riko menggelengkan kepalanya sebagai tanda tidak, tetapi ia tidak melanjutkan dengan ucapan apa pun.
Baca Juga: Cerpen Kehidupan: Ketika Aku Jatuh Hati
"Eh ya, aku perna diceritain sama papa aku. Dulu Rasulullah juga pernah dalam kegelapan, sempit dan lembab. Kayak kondisi kita sekarang. Bedanya, Rasulullah dalam kejaran kafir yang menghalangi hijrah ke Madinah"
