"Sepertinya kamu hanya berhalusinasi. Buktinya, tadi tidak ada siapa-siapa. Pasti kau hanya cemas karena lupa membungkus 'hantu-hantu' kita tadi kan? Dasar payah!" Ujar seorang lelaki berkumis tipis.
"Jangan khawatir, makam buatan kita pun masih berhasil membuat penduduk sekitar merasa ketakutan, hahahaha!!" gelak lelaki satunya yang bertubuh gempal dan suara yang berat.
Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu Tanda-tanda Disleksia pada Anak: Peran Orang Tua dalam Mendukung Membaca
Ali berhasil mengendap tanpa diketahui karena suara langkah kakinya tersamarkan bersamaan langkah kaki orang-orang yang tadi diikutinya.
Dia mengendap-endap di balik gubuk untuk merekam apa yang ada di dalamnya, lalu secepat tupai bersembunyi ke semak-semak sambil melempar batu ke arah berlawanan untuk mengelabui kalau-kalau ada yang mendengar gerakannya.
"Aku hanya harus bertahan di sini, sampai mereka pergi. Kalau aku pergi sekarang, justru malah akan menimbulkan suara berbeda dan membuat mereka curiga. Tapi, kapan mereka akan pergi, ya?" batin Ali sambil terus mengamati.
Sekitar satu jam berlalu, dengan kondisi tubuh yang telah banyak digigiti semut dan nyamuk, akhirnya kesempatan itu datang.
Gerombolan itu bersama-sama pergi dari hutan melalui jalur yang berbeda dengan jalur ke arah pemukiman penduduk.
Gubuknya mereka kunci dari luar.
"Ke mana mereka pergi?" tanya Ali dalam hati.
Ali segera mengambil kesempatan itu untuk keluar dari tempat persembunyiannya dan segera pulang.
Sesampainya di rumah, dia sudah ditunggu keluarga dengan cemas.
Baca Juga: Episode Terakhir Drakor The Uncanny Counter 2 Cetak Rating Pribadi Tertinggi Selama Penayangannya
"Ke mana saja kamu Ali?" tanya Ibu khawatir.
