GENMUSLIM.id - Pagi ini Aini memilih pergi ke kantor lebih siang dari biasanya, ia tidak ingin berada dalam kesendirian di sana atau bahkan ada Angga saja. Ia berpikir akan ada jeda untuk Angga tahu masa lalu dengan Rio, temannya yang diketahui Aini.
Belum sempurna Aini melangkahkan kaki ke pintu masuk dalam langkah kesendiriannya, Sanisan mengagetkannya layaknya masa lalu yang kembali menghantui kepala Aini saat ini.
Sanisan merangkul lengan Aini sambil berbisik menggodanya karena ketika nanti masuk ruangan akan bertemu Angga, mendengar bisikan dari temannya yang nyaman dengan kesendirian itu dan bahkan mengetahui dengan lengkap ia galau dengan masa lalu. Aini sesegera mungkin memukul lengan Sanisan yang dibalas gelak tawa wanita yang suka berjilbab menempel ke jidat itu.
Baca Juga: Cerpen Anak Inspiratif: Ditto dan Kebaikan Setiap Hari Jumat
Aini mampir ke kantin sebelum menuju ruangan, mengerjakan setumpuk bahan sidang kemarin yang menjadi hutangnya kepada bosnya membuat Aini mau tak mau begadang membuat itu.
Pagi ini ia dilanda ngantuk berat usai tidur di depan laptop dalam kesendirian di ruang tamu dengan ditemani putaran lagu masa lalu dengan judul “Putus atau Terus” yang dinyanyikan oleh Judika.
Kopi expresso menjadi pilihan paling tepat saat ini baginya, dengan mengamankan sarapan dan air putih cukup, kopi itu mengalir dengan sukses ke perutnya. Kesendirian Aini tidak terlalu ia sukai ketika harus begadang, lebih suka tidur paling lambat jam 10.
Terlalu banyak over thinking yang ada di kepalanya ketika harus begadang di tengah malam, ada saja pikiran masa lalu itu kembali mengambang dalam aliran otaknya. Atau muncul kegalauan kesendirian.
Baca Juga: Masa kesendirian Aini, Titik Balik Menemukan Cinta yang Sebenarnya, Series Aini: Kebetulan
Sanisan tiba-tiba menghubunginya dan berkata panik bahwa ia dicari, karena mau ke lapangan tempat shoot, mas Rio teman satu timnya belum sampai kantor dan tanpa konfirmasi. Iya, sama dengan nama orang di masa lalu Aini, hanya mas Rio adalah suami dengan satu anak dan satu istri.
Kebiasaan yang masih sering dilakukannya adalah ini, hilang tanpa konfirmasi yang otomatis berdampak kepada Aini yang padahal biasanya cukup dalam kesendirian duduk di meja hanya ia saja.
Semua tim terkadang harus stay di lapangan, sedangkan ia hanya seorag diri di pojokan meja. Sesampainya di ruangan, ternyata timnya yang masuk kerja hanya ia dan Angga. Mengetahui itu, Sanisan mencoba menegosiasi kepada ketua timnya agar bisa menemani Aini untuk meminimalisasi kemudharatan.
Situasi begitu mendukung dan untungnya Sanisan diberikan izin. Memang benar, tidak ada harga lebih mahal dibanding seorang atasan yang memahami aturan agama sehingga kita bisa lebih fokus dalam menunggu sholat dengan bekerja.
Baca Juga: Masa kesendirian Aini, Titik Balik Menemukan Cinta yang Sebenarnya, Series Aini: BersamaNya