Aku mulai kembali fokus pada buku puisi yang kubaca, perjalanan ini mungkin masih panjang. Sesekali aku melihat ke arah jendela dan menikmati pemandangan yang ada.
"Saya jadi ingat dulu juga punya pengalaman yang unik di kereta. Ketemu orang yang juga suka baca buku dan sama pula buku puisi seperti itu," kata Kakek Topi Koboi tiba-tiba sembari menunjuk buku di tanganku.
Perhatianku sepenuhnya teralihkan pada Kakek Topi Koboi. Aku menutup bukuku dan beralih menatapnya. Sepertinya ini akan jadi obrolan seru.
"Sepertinya pengalaman yang menarik, ya, Kek? Kalau boleh tahu ceritanya gimana, Kek?"
"Kamu endak keberatan buat dengarkan?"
"Saya bisa dengarkan, Kek. Sambil nikmati perjalanan ini juga biar kita enggak ngantuk," ucapku sembari terkekeh pelan.
Kakek Topi Koboi itu pun ikut tertawa pelan. Hingga akhirnya dia menceritakan pengalamannya di kereta bersama sosok si pembaca buku yang dia maksud.
Dia bilang bahwa dulu saat Kakek Topi Koboi pun masih seusiaku ini, dia pernah naik kereta untuk pulang kampung saat libur kuliah.
Dia bilang di kereta itu dia duduk di samping perempuan muda, dia juga bilang perempuan itu lebih muda satu atau dua tahun darinya saat itu.
Baca Juga: Cerpen Remaja: Like a Guardian Angel, Kei yang Dingin dan Sikap Manisnya kepada Keira (Part 1)
Saat melihat dan duduk di samping perempuan bermata cokelat yang sedang membaca sebuah buku puisi dan syair, Kakek Topi Koboi merasa dia menyukai perempuan itu begitu saja. Kagum.
Parasnya yang anggun dan teduh saat dipandang membuat Kakek Topi Koboi terpana untuk sesaat. Sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya namanya dan berkenalan.
Mereka berkenalan dan perempuan bermata cokelat itu pun cukup ramah. Kakek Topi Koboi dan dirinya mulai banyak berbincang dan menikmati perjalanan kereta.
Sampai akhirnya kereta itu berhenti dan mereka pun berpisah. Dan cerita berakhir di sana.
"Jadi Kakek enggak pernah ketemu perempuan itu setelah pertemuan di kereta?"
