GENMUSLIM.id - Malam itu aku dan Bapak duduk berdua di teras sembari bermain bermain gitar.
Aku yang memainkan gitar dan Bapak yang bernyanyi dengan suara berat juga mendayu-dayu. Rasanya benar-benar lucu mendengar Bapak bernyanyi.
Namun, itu tetap terasa menyenangkan bagi kami. Aku dan Bapak menikmatinya.
Ditemani sepiring pisang goreng buatanku tadi dan secangkir teh tawar hangat, sungguh nikmat rasanya di tenggorokan.
Sejak kepergian Ibu aku hanya hidup berdua bersama Bapak. Jika malam tiba inilah yang aku dan dirinya lakukan, menghibur diri setelah lelah seharian.
Baca Juga: Cerpen Series Hujan: Rinda dan Rindu Saudara Kembar Pengagum dan Pecinta Segala Hal Tentang Hujan
Jika orang lain menghabiskan malam minggu bersama pasangan, itu tidak terjadi padaku. Aku berbeda, karena malam mingguku selalu seru bersama Bapak.
Duduk di teras rumah sembari memandang langit malam dan sesekali bernyanyi atau bercerita sambil makan camilan kalau ada. Kalau tidak ada, ya, makan angin.
Seperti malam-malam biasanya, setelah bernyanyi pasti selalu berlanjut dengan cerita Bapak yang menyenangkan. Aku selalu menunggu cerita-cerita seru dari Bapak.
Kalau ada Ibu bersama kami pasti rasanya lebih menyenangkan. Aku menelan ludah dan mendadak sedikit bersedih. Merindukan Ibu.
"Pak, malam ini ada cerita apa? Agung pengen dengar cerita yang seru, dong, Pak."
"Eum, cerita apa, ya? Kalau masa muda Bapak sama ibumu mau?"
Baca Juga: Cerpen Series Hujan: Sebuah Kenangan Pertemuan dan Perpisahan Guntur dengan Hara di Bawah Hujan
Mataku berbinar tidak percaya, tentu saja aku mau. Namun, ada yang aku khawatirkan tentang perasaan Bapak. Apa itu akan baik-baik saja untuk hatinya?