“Saya foto dulu ya, Pak. Banyak memar begini, tadi apa kata dokter waktu lihat kaki Pak Dedi?” tanya Bu RT sambil melakukan beberapa jepretan ala-ala polisi mengumpulkan bukti.
“Saya lupa diperiksa, tadi nenangin Salima dulu,” jawab pak Dedi yang juga baru sadar dengan rasa nyeri akibat ditendang preman pasar.
Bu RT hanya geleng-geleng kepala. Dalam hatinya terbersit kondisi ekonomi Pak Dedi yang kini pas-pasan.
“Bisa jadi bukti tambahan, tuh!” celetuk Pak RT.
Sambil diurut, terjadi perbincangan antara empat orang dewasa. Pak RT, Bu RT, Pak Dedi serta tukang urut yang notabene juga seorang tukang ojek di pasar.
Mereka membicarakan kelakuan si preman yang memang kian meresahkan.
“Preman itu makin sombong karena dia punya bekingan. Wong yang bekingnya aja juga sama-sama polisi, tapi yang saya tahu polisinya nggak bener, suka ini,” kata tukang urut itu sambil menggosok-gosok jari telunjuk dan jempolnya.
“Ah semua orang juga suka duit,” timpal Pak RT.
“Alaah, Pak RT, kayak nggak tahu aja maksudnya,” ujar tukang urut membela diri.
Atas desakan Pak RT, tukang urut itu diminta mengumpulkan dukungan untuk Salima kalau-kalau nanti urusan ini jadi panjang.
Beberapa hari kemudian, dugaan Pak RT itu benar adanya.
Baca Juga: Nasehat Muslimah: Masih Enggan Mengenakan Jilbab? Padahal Banyak Manfaatnya, Begini Penjelasannya!
Salima dituntut atas pasal penganiayaan si preman hingga tak bisa lagi menggunakan tangan kanan dan juga urat kaki kirinya putus hingga tak bisa lagi berjalan dengan benar.