Sesaat, ia hanya memikirkan almarhumah ibunya saja.
Perlahan, bibirnya berdesis, “maafkan aku Bu, anakmu harus berakhir seperti ini. Aku tidak takut, ketakutan terbesarku adalah saat kehilangan Ibu. Ibu-“
Meski sangat pelan, suaranya terdengar oleh Arjuna yang berdiri di dekat mimbar tempat Salima berdiri.
Tampak oleh Arjuna, mata Salima terpejam sesaat lalu terbelalak seperti sedang mencari sesuatu.
Pemandangan itu membuat sang polisi muda cukup bergidik, menduga Tertuduh di hadapannya kembali gila.
Namun, sedetik kemudian bukan Salima yang membuatnya kaget, melainkan suara gaduh di luar ruang persidangan.
Pintu ruang sidang didobrak oleh warga dan tampak seorang pria berpakaian polisi, tengah diarak dan didorong masuk ke ruang sidang.
“Ada apa ini?” teriak Hakim.
Ato dan istrinya juga tampak kaget dan setelah melihat oknum polisi itu tersungkur ke tengah ruang sidang, serta merta Ato langsung berdiri karena kaget.
Hal itu tak luput dari perhatian Nabila, anak tertua Pak RT.
Dia segera membuka kamera ponsel dan merekam berdirinya sang preman.
Keadaan sangat kacau balau.
Warga meminta Salima dibebaskan dari tuduhan penganiayaan. Warga bahkan berbondong-bondong membawa kain putih panjang berisi tanda tangan penolakan tuduhan terhadap Salima.