Cerita Bersambung Roman Islami : Pudarnya Rasa Takut Salima (Part 1)

Photo Author
- Selasa, 15 Agustus 2023 | 08:50 WIB
Ilustrasi Salima, tokoh dalam cerita bersambung roman islami (GENMUSLIM.id/pixabay/Rizal Deathrasher)
Ilustrasi Salima, tokoh dalam cerita bersambung roman islami (GENMUSLIM.id/pixabay/Rizal Deathrasher)

Baca Juga: Jangan Lepas Doa dan Dzikirmu, Hanya Orang Terpilih yang Mendapat Rezeki Untuk Berdoa, Begini Penjelasannya

Namun, Salima yang rasa takutnya sudah lenyap bersamaan dengan wafatnya sang Ibu, tidak gentar melawan.

“Masih bisa berdiri kamu ya! Sini kutambah, biar kamu jadi seperti Bapakku dan digebuki preman lain! Di mana orang-orang? Hanya punya mata saja untuk menonton hah? Kalah oleh preman satu ini hah? Kalian itu banyak! Kenapa diam saja? Kenapa semua orang tidak berguna?” ucapan Salima semakin liar kepada orang di sekelilingnya.

Preman itu pun meninju wajah Salima hingga tersungkur. Saat si preman akan menghajarnya lagi, Salima yang mengabaikan rasa sakit pun mengambil kesempatan untuk menyabet tangan lelaki hina itu.

“Aargh, sialan! Akan kuhabisi kau!” bentak si preman meskipun tangannya bersimbah darah.

Baca Juga: Pola Asuh Otoritatif: Mengungkap Karakteristik dan Efeknya pada Pembentukan Anak yang Berkualitas

“Aku sudah siap mati! Kemari kau!” tantang Salima masih dengan pisau berlumuran darah.

Namun duel itu tiba-tiba dihentikan oleh polisi. Meskipun begitu masing-masing dari mereka sama-sama melawan dan ingin tetap menyerang.

Bapak yang tubuhnya masih lemah, menghampiri Salima dan memeluknya.

“Istighfar anakku! Istighfar!” perintahnya di telinga putrinya.

Baca Juga: Menuju Sukses CPNS 2023: Persiapkan Diri Segera! Rekomendasi Bimbel Terbaik untuk Lampaui Ambang Batas SKD

“Aaaaaargh!! Pantas pasar ini selalu dikuasai preman, kalian bahkan tidak saling menjaga satu sama lain! Kalian punya pisau untuk memotong ikan, kalian punya jumlah laki-laki yang banyak, ibu-ibu punya cabe untuk dijejalkan ke mata preman, kalian bahkan bisa membakar gudang tengkulak jika ada main harga, tapi mana? Menjaga satu orang pincang saja kalian tak becus! Uang saja yang ada di pikiran kalian, tidak tahu malu!” Salima mengumbar caci makinya yang membuat warga pasar itu hanya diam.

Dia masih tidak menggubris ayahnya yang masih sekuat tenaga menahan amarah sang putri.

Akhirnya, Bapak menggenggam tangan Salima yang memegang pisau dan mengarahkannya ke lehernya.

“Sayatkan pisau ini ke Bapak! Gara-gara Bapakmu yang pincang ini, kamu jadi dikuasai amarah. Sayat Nak!” ancam Bapak.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Nauveliawati Nur Al-Fathonah

Sumber: Istimewa

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

X