"Oke Anisa, kamu boleh memiliki Kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?"
Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.
"Terimakasih Ibu."
Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa.
Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang.
Sebab, kata ibunya jika basah kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau.
Setiap malam sebelum tidur, ayah Anisa membacakan cerita pengantar tidur.
Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita,
Ayah bertanya,
"Anisa, Anisa sayang enggak sama Ayah?"
"Tentu dong. Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah!"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu!"
"Yah, jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil "Si Ratu" boneka kuda dari nenek, itu kesayanganku juga."
"Ya sudahlah sayang, nggak apa-apa!" Ayah mencium pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi,