Kejadian pahit yang pernah dialaminya, yaitu pernah ditipu, bisa saja membuat seseorang menjadi putus asa dan kehilangan arah.
Namun, Pak Basuni mampu bangkit dari keterpurukan dan terus melanjutkan perjuangannya. Hal ini menunjukkan bahwa seorang muslim harus memiliki keteguhan iman yang kuat.
Jauh dari keluarga di kampung halaman, Jember, Pak Basuni memilih untuk tinggal di Surabaya demi mencari nafkah untuk keluarga.
Kehidupan merantau yang penuh dengan kesendirian dan kerinduan terhadap keluarga bukanlah hal yang mudah.
Namun, demi menghidupi keluarganya, Pak Basuni rela meninggalkan zona nyamannya. Tindakannya ini mencerminkan nilai-nilai keikhlasan dan pengorbanan yang tinggi.
Mencari nafkah untuk keluarga memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah lebih afdhol dari sedekah yang hukumnya sunnah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi).” (HR. Muslim no. 995)
Selain itu, mencari nafkah untuk keluarga bisa menuai pahala jika diniatkan dengan ikhlas untuk meraih wajah Allah.
Dari Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari no. 56)
Kisah Pak Basuni juga mengajarkan kita tentang pentingnya ketekunan dan dedikasi dalam bekerja.
Selama 15 tahun, Pak Basuni konsisten berjualan bakso dengan sistem komisi 30% dari penghasilan.
Kegigihan dan semangatnya yang tak pernah padam patut menjadi contoh bagi kita semua.
Kesuksesan tidak selalu datang dengan mudah, tetapi dengan kerja keras dan doa, kita pasti akan meraihnya.
