GENMUSLIM.id - Dalam menyambut bulan suci Ramadhan, sorotan kembali tertuju pada bazar Ramadhan yang menjadi tradisi tahunan bagi masyarakat Malaysia.
Namun, di tengah kesemarakannya, beberapa umat muslim di Malaysia mulai mengakui tantangan yang mereka hadapi dalam mengunjungi bazar ramadhan.
Menurut survei yang dilakukan oleh media massa di Malaysia, Malay Mail, beberapa responden menyatakan bahwa harga yang tinggi dan kualitas makanan yang kurang memuaskan membuat mereka enggan mengunjungi bazar Ramadhan.
Setelah pandemi Covid-19, bazar Ramadhan telah mendapat citra negatif karena dianggap penuh sesak, mahal, dan menjadi simbol dari kelebihan yang tidak diinginkan.
Syira Zubir, 30 tahun, mengungkapkan alasan di balik keengganannya untuk mengunjungi bazar Ramadhan.
"Ketidakpuasan terhadap kualitas produk, harga yang tinggi, dan risiko pembelian impulsif yang menyebabkan pemborosan menjadi alasan utama penghindaran," ujarnya kepada Malay Mail.
Petugas medis mengatakan dia mengamati tren yang muncul menuju pertemuan berbuka puasa yang lebih kecil dan lebih intim, seperti piknik atau pertemuan di rumah.
Meskipun memberikan kontrol lebih baik terhadap kuantitas, kualitas, dan pengeluaran pangan, hal ini dapat mengurangi semangat ekonomi yang dibawa oleh pasar ke masyarakat.
Namun demikian, ada juga yang tetap setia pada tradisi bazar Ramadhan meskipun tantangan yang dihadapi.
Muhammad Aidiel, 40 tahun, menyatakan bahwa meskipun harga pangan melonjak, banyak orang masih mengunjungi bazar Ramadhan untuk berbuka puasa karena keterbatasan waktu.
Di sisi lain, Mikael, seorang penulis, mengatakan bahwa meskipun ada kritik terhadap bazar Ramadhan, tradisi ini tetap menarik bagi banyak orang karena daya tariknya yang unik.
Sebagai alternatif, Mikael memilih untuk menyiapkan makanan sendiri atau mengunjungi masjid yang menyediakan hidangan berbuka puasa.